Kerjasama Pemkab Aceh Tamiang dan Swiss Contact yang merupakan NGO yang bergerak dibidang budidaya kakao berakhir. Secara simbolis penutupan...
Kerjasama Pemkab Aceh Tamiang dan Swiss Contact yang merupakan NGO yang bergerak dibidang budidaya kakao berakhir. Secara simbolis penutupan kerjasama itu, Drs. H. Abdul Latief selaku Bupati menandatangani Master Plan Kakao Kabupaten Aceh Tamiang yang diserahkan oleh Swiss Contact, Senin (28/5) kemarin, di Aula Bappeda Aceh Tamiang.
Swiss Contact sebagai pelaksana sub-proyek tanaman Kakao yang mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Aceh dengan dukungan dana dari MDF (Multi Donor Funding) untuk meningkatkan ekonomi kakao khususnya di Aceh Tamiang melalui proyek Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA) berupaya melakukan yang terbaik untuk pengembangan kakao.
“Diantara banyak program yang telah dilakukan Swiss Contact, salah satunya adalah penyiapan dan penyusunan Rencana Induk atau Master Plan pengembangan kakao Kabupaten Aceh Tamiang” ujar Bupati dihadapan Kadis Hutbun, Kadis Pendidikan, Kadis Perindagkop, Sekwan DPRK, Kabag penyuluhan Bappel, Kabag Ekonomi, Kabag Kesra dan Kabag Humas serta beberapa kelompok tani kakao di Bumi Muda Sedia.
Lebih jauh Bupati mengingatkan tujuan di susunnya Master Plan ini, sebagai pedoman dasar dalam penyusunan dan pengimplementasikan berbagai program pembangunan dan pengembangan sektor kakao secara komprehensif dan berkesinambungan serta dapat diukur untuk jangka pendek, menegah dan panjang.
“Mengingat pentingnya dokumen ini, maka kami sangat berharap kepada semua pihak terkait, agar dapat mengawal dan mengimplementasikan hasil-hasil yang telah dirumuskan dalam Master Plan tersebut. Sehingga Master Plan ini dapat dijadikan pedoman oleh semua pihak dalam pengembangan sektor kakao di Aceh Tamiang” sebutnya.
Sementara, T.Muzakir, SE dari Swiss Contact menyampaikan Master Plan ini terdiri dari tiga buku yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yakni : Buku pertama Atlas, merupakan rangkuman dari semua fakta yang relavan, serta kecenderungan dan faktor-faktor yang mendasarinya. “Informasi factual ini divisualisasikan kedalam bentuk peta-peta geografis dan tematis, foto-foto, diagram dan table, yang secara keseluruhan profil pengembangan kakao di Aceh Tamiang”, jelasnya.
Begitu juga dengan buku kedua Agenda, merupakan uraian visi dan strategi pengembangan kakao dari berbagai pelaku, berdasarkan penilaian bersama terhadap potensi kakao yang disajikan dalam Atlas. Buku ketiga Aturan Main, memuat mekanisme untuk pelaksanaan Agenda, antara lain penerbitan izin usaha, peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan dan penyampaian pelayanan umum secara efesien, terang Muzakir.
Hal senada juga diungkapkan T. Zulkarnaen, SE Project Manager Swiss Contact. Menurutnya saat ini Aceh, sudah menyiapkan beberapa varietas kakao andalan yang sedang dikembangkan di Universitas Malikulsaleh (Lhokseumawe) dan sudah diuji di Amerika. “Pada kesempatan ini Swiss Contact juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Tamiang yang telah membantu terlaksananya program ini dan tidak lupa kepada Drs. Sudiyanto yang setiap hari mendampingi kami dalam program ini” ucapnya.
Kepala Bappeda Aceh Tamiang, Drs. T. Hayatul Kamal menyampaikan terima kasihnya kepada Swiss Contact yang telah bekerja mewujudkan programnya, semenjak bulan juli tahun 2010 hingga sekarang, dengan tujuan meningkatkan SDA tanaman kakao dan SDM petani kakao sehingga menjadi petani andalan, serta merobah pola pikir Multi Stakeholder yang terlibat. | Rico Fahrizal