Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Aceh Tamiang, Sabtu (26/5) mengadakan workshop partisipasi perempuan. Koordinator FPRM Aceh Tamiang, Nas...
Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Aceh Tamiang,
Sabtu (26/5) mengadakan workshop partisipasi perempuan. Koordinator FPRM Aceh
Tamiang, Nasruddin kepada Serambi Sabtu (26/5) mengatakan, workshop itu harus menjadi
momentum kembali mengingatkan perempuan, bahwa memilih pemimpin membawa
kosekuensi yang hasilnya berdampak jangka panjang. “Tentunya perempuan harus
memilih kandidat Bupati Aceh Tamiang yang berpihak pada perempuan,” ujarnya
Pemilih perempuan di Tamiang lebih banyak dibandinmgkan kaum laki-laki. Karenanya perempuan harsu mengetahui bahwa mengikuti Pilkada adalah hak setiap individu sebagai warga negara yang dilindungi dan dijamin kebebasannya oleh undang-undang.
Dengan workshop, nantinya tokoh perempuan dapat menyampaikannya kepada warga lain, bahwa mereka harus terbiasa dengan wacana demokrasi dalam Pilkada ada pilihan-pilihan calon dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus di informasikan secara obyektif dan tarnasparan kepada kaum perempuan.
Perempuan sudah waktunya, untuk diberdayakan dalam politik bukan diperdayakan dan dieksploitasi untuk kepentingan elit politik yang menganggap kaum perempuan sebagai objek perolehan suara semata. Anggapan tersebut keliru, perempuan adalah subjek yang memiliki otoritas dan mampu menentukan hak suaranya sendiri.
Kesadaran perempuan terhadap Pilkada akan bermakna jika dibarengi dengan sistem pendidikan politik warga negara yang menghargai nilai-nilai demokrasi dan kejujuran. FPRM yang bekerjasama dengan lembaga Sosiety Organisation for Training (SOFT) Tamiang menghadirkan pemateri AKP Trinastuti dari Polres Tamiang, dan Marida Fitriani dari Bidang Pemberdayaan Perempuan, FPRM Aceh Tamiang. | Serambinews.com
Pemilih perempuan di Tamiang lebih banyak dibandinmgkan kaum laki-laki. Karenanya perempuan harsu mengetahui bahwa mengikuti Pilkada adalah hak setiap individu sebagai warga negara yang dilindungi dan dijamin kebebasannya oleh undang-undang.
Dengan workshop, nantinya tokoh perempuan dapat menyampaikannya kepada warga lain, bahwa mereka harus terbiasa dengan wacana demokrasi dalam Pilkada ada pilihan-pilihan calon dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus di informasikan secara obyektif dan tarnasparan kepada kaum perempuan.
Perempuan sudah waktunya, untuk diberdayakan dalam politik bukan diperdayakan dan dieksploitasi untuk kepentingan elit politik yang menganggap kaum perempuan sebagai objek perolehan suara semata. Anggapan tersebut keliru, perempuan adalah subjek yang memiliki otoritas dan mampu menentukan hak suaranya sendiri.
Kesadaran perempuan terhadap Pilkada akan bermakna jika dibarengi dengan sistem pendidikan politik warga negara yang menghargai nilai-nilai demokrasi dan kejujuran. FPRM yang bekerjasama dengan lembaga Sosiety Organisation for Training (SOFT) Tamiang menghadirkan pemateri AKP Trinastuti dari Polres Tamiang, dan Marida Fitriani dari Bidang Pemberdayaan Perempuan, FPRM Aceh Tamiang. | Serambinews.com