Aneh dan kecewa, itu yang dirasakan warga Kampung (baca-Desa) Paya Tampah Kecamatan Karang Baru, kebijakan yang dikeluarkan Camat Karang Bar...
Aneh dan kecewa, itu yang dirasakan warga Kampung (baca-Desa) Paya Tampah Kecamatan Karang Baru, kebijakan yang dikeluarkan Camat Karang Baru, Asrul, BA menghasilkan dilema bagi warga terkait masalah Datok Penghulu Kampung mereka. Hal ini tergambar jelas saat turun langsung ke Kampung Paya Tampah, Sabtu (14/1) lalu.
Menurut Bahtiar salah seorang anggota Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK) tindakan sepihak yang diambil Camat Karang Baru, cukup membuat kecewa warga Kampung. "Kita disuruh mengumpulkan tanda tangan warga untuk mendukung Datok Penghulu Kampung Azaruddin yang sudah mengundurkan diri untuk kembali menjabat Datok Penghulu Kampung," ujarnya.
Tetapi surat dukungan tandatangan warga termasuk Sekdes dan Tim-9 yang berjumlah 652 , merupakan pendapat sang camat saja bukan perintahnya. Azaruddin yang terpilih dan sudah setahun menjabat, mengundurkan diri akibat dilaporkan sembilan warga yang digelar Tim-9 yang dibentuk tanpa ada SK.
Dalam laporannya mempertanyakan keaslian ijazah Azaruddin. Camat pun menindaklanjuti dengan memanggil Azaruddin dan menanyakan, ia pun dengan gentleman menyatakan siap mengundurkan diri. Anehnya, setelah Azaruddin mengundurkan diri, Tim-9 meminta kembali Azaruddin memimpin di kampung tersebut.
Disinyalir Tim-9 terprovokasi oleh oknum Sekdes Sarjono yang memiliki keterkaitan hubungan dengan oknum mantan mukim Medang Ara Jamaluddin yang disebut-sebut DPO Reskrim Polres Aceh Tamiang terkait kasus Calo Satpol PP Propinsi Aceh.
Dari penjelasan warga, selama ini birokrasi di kampung lebih dominan dipegang oleh Sekdes Sarjono yang sudah 23 tahun menjabat atau tiga priode Datok Penghulu. Meskipun statusnya PNS, tetapi bukan SK PNS Sekdes melainkan SK PNS penjaga sekolah pada SD Inpres Paya Tampah. Soal birokrasi Sekdes Sarjono memang begitu piawai, ia memang melayani kebutuhan masyarakat tetapi tidak pernah mau memperjuangkan aspirasi masyarakat.
"Sekdes juga memiliki stempel Datok dengan menggandakannya, padahal stempel tersebut yang berhak menggunakan hanya Datok. Karena sudah tercium oleh warga akhirnya duplikat stempel tersebut diserahkan," sebut Abdul Rahim warga setempat.
Sekdes Sarjono memiliki keterkaitan hubungan keluarga dengan Jamaluddin yang ingin menjatuhkan Nanang sapaan akrab Azaruddin. Upaya menjatuhkan tersebut agar Sarjono lebih berperan di birokrasi karena apabila Pj. Datok dijabat Sekcam otomatis Pemerintahan Kampung akan dipegang oleh Sekdes, katanya.
Saat ditemui orang tua kampung Sukri yang menjabat Imam Kampung setempat, penunjukkan Pj. Datok oleh Camat memang hak preogratif selaku perpanjangan pemerintah, tapi diberitahukanlah kepada warga siapa yang akan menjadi Pj. Datok, apakah bisa diterima atau tidak oleh warga karena menyangkut pembangunan kampung kedepannya, ujarnya.
Ia juga merasa kecewa dengan tindakan Camat, "Anak-anak muda dikampung menjalankan perintah Camat dengan memberikan dukungan tandatangan masyarakat agar Nanang kembali memimpin. Kondisi hujan, panas dalam tempo dua hari terkumpullah dukungan tandatangan," sebutnya.
"Kalau memang masih hidup dimana rimbanya, kalau memang sudah mati dimana kuburnya," demikian pepatah yang dicontohkan olehnya terhadap persoalan ini.
Warga juga mengancam apabila Camat tetap pada pendiriannya, maka masyarakat tidak menjamin keamanan dikampung tersebut. "Camat diminta angkat kaki dari Kecamatan Karang Baru, bahkan kalau bisa hengkang dari Bumi Muda Sedia," ancam warga. Rico F
Menurut Bahtiar salah seorang anggota Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK) tindakan sepihak yang diambil Camat Karang Baru, cukup membuat kecewa warga Kampung. "Kita disuruh mengumpulkan tanda tangan warga untuk mendukung Datok Penghulu Kampung Azaruddin yang sudah mengundurkan diri untuk kembali menjabat Datok Penghulu Kampung," ujarnya.
Tetapi surat dukungan tandatangan warga termasuk Sekdes dan Tim-9 yang berjumlah 652 , merupakan pendapat sang camat saja bukan perintahnya. Azaruddin yang terpilih dan sudah setahun menjabat, mengundurkan diri akibat dilaporkan sembilan warga yang digelar Tim-9 yang dibentuk tanpa ada SK.
Dalam laporannya mempertanyakan keaslian ijazah Azaruddin. Camat pun menindaklanjuti dengan memanggil Azaruddin dan menanyakan, ia pun dengan gentleman menyatakan siap mengundurkan diri. Anehnya, setelah Azaruddin mengundurkan diri, Tim-9 meminta kembali Azaruddin memimpin di kampung tersebut.
Disinyalir Tim-9 terprovokasi oleh oknum Sekdes Sarjono yang memiliki keterkaitan hubungan dengan oknum mantan mukim Medang Ara Jamaluddin yang disebut-sebut DPO Reskrim Polres Aceh Tamiang terkait kasus Calo Satpol PP Propinsi Aceh.
Dari penjelasan warga, selama ini birokrasi di kampung lebih dominan dipegang oleh Sekdes Sarjono yang sudah 23 tahun menjabat atau tiga priode Datok Penghulu. Meskipun statusnya PNS, tetapi bukan SK PNS Sekdes melainkan SK PNS penjaga sekolah pada SD Inpres Paya Tampah. Soal birokrasi Sekdes Sarjono memang begitu piawai, ia memang melayani kebutuhan masyarakat tetapi tidak pernah mau memperjuangkan aspirasi masyarakat.
"Sekdes juga memiliki stempel Datok dengan menggandakannya, padahal stempel tersebut yang berhak menggunakan hanya Datok. Karena sudah tercium oleh warga akhirnya duplikat stempel tersebut diserahkan," sebut Abdul Rahim warga setempat.
Sekdes Sarjono memiliki keterkaitan hubungan keluarga dengan Jamaluddin yang ingin menjatuhkan Nanang sapaan akrab Azaruddin. Upaya menjatuhkan tersebut agar Sarjono lebih berperan di birokrasi karena apabila Pj. Datok dijabat Sekcam otomatis Pemerintahan Kampung akan dipegang oleh Sekdes, katanya.
Saat ditemui orang tua kampung Sukri yang menjabat Imam Kampung setempat, penunjukkan Pj. Datok oleh Camat memang hak preogratif selaku perpanjangan pemerintah, tapi diberitahukanlah kepada warga siapa yang akan menjadi Pj. Datok, apakah bisa diterima atau tidak oleh warga karena menyangkut pembangunan kampung kedepannya, ujarnya.
Ia juga merasa kecewa dengan tindakan Camat, "Anak-anak muda dikampung menjalankan perintah Camat dengan memberikan dukungan tandatangan masyarakat agar Nanang kembali memimpin. Kondisi hujan, panas dalam tempo dua hari terkumpullah dukungan tandatangan," sebutnya.
"Kalau memang masih hidup dimana rimbanya, kalau memang sudah mati dimana kuburnya," demikian pepatah yang dicontohkan olehnya terhadap persoalan ini.
Warga juga mengancam apabila Camat tetap pada pendiriannya, maka masyarakat tidak menjamin keamanan dikampung tersebut. "Camat diminta angkat kaki dari Kecamatan Karang Baru, bahkan kalau bisa hengkang dari Bumi Muda Sedia," ancam warga. Rico F