Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengemukakan, masyarakat tidak perlu menunggu peringkat Indonesia dinaikkan oleh lembaga pemeringk...
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengemukakan, masyarakat tidak perlu menunggu peringkat Indonesia dinaikkan oleh lembaga pemeringkat untuk melakukan investasi.
"Pada dasarnya investor sudah banyak yang menilai ini. Masyarakat tidak perlu menungggu lembaga "rating" untuk berinvestasi di Indonesia," kata Direktur Utama BEI, Ito Warsito di Jakarta, Jumat (20/1).
Ia mengharapkan, jumlah pelaku pasar lokal dapat terus bertambah seiring dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih terjaga meski dibayangi krisis dari Eropa. "Tapi memang ada juga investor yang secara formal harus melihat "rating" dulu baru berinvestasi," ucap dia.
Kendati demikian, ia mengapresiasi masyarakat dalam negeri seiring dengan pertumbuhan kepemilikan saham meski peningkatannya kurang signifikan.
"Porsi lokal tidak mengecil. Kita lihat pertumbuhan kepemilikan saham pada 2008 sekitar 68 persen asing, sekarang tinggal 60 persen, itu artinya partisipasi investor lokal naik dari segi kepemilikan. Saat ini, domestik sudah 40 persen dari kapitalisasi BEI yang senilai Rp3.700 triliun," kata dia.
Terkait dengan meningkatnya peringkat investasi Indonesia oleh Mody"s beberapa waktu lalu, pihak BEI mengaku tidak merevisi target IPO pada 2012 yang sebanyak 25 emiten.
Ito juga mengatakan, pihaknya optimis bahwa peringkat investasi Indonesia akan dinaikkan oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor"s (S&P) ke level "investment grade" dalam waktu dekat.
S&P’s Diduga Akan Menyusul
Ia mengemukakan, lembaga pemeringkat Moody¿s dan Fitch telah lebih dulu menaikkan peringkat Indonesia ke level "investment grade", kondisi itu akan memicu S&P juga menaikkan peringkat.
"Peringkat dari S&P diperkirakan akan menuyusul mengikuti Fitch dan Moody"s, tinggal menunggu waktu dan diharapkan dalam waktu dekat sudah bisa memberikan peringkat positif," ujar dia.
Menurutnya, saat ini Indonesia lebih dipercaya oleh investor asing sebagai tujuan investasi di negara kawasan Asia seiring didapatkannya peringkat investasi yang naik.
"Indonesia lebih dipercaya lagi oleh asing menjadi tujuan investasi setelah kenaikkan peringkat investasi," kata dia.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto mengatakan, masih ada beberapa tempat investasi yang perlu dibenahi seiring dengan peringkat "investment grade" dari dua lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch Ratings dan Moody.
"Masih ada banyak yang perlu segera dibenahi sebelum dana asing benar-benar datang ke Indonesia. Bukan berarti dengan adanya status "investment grade" lalu urusan selesai. Mungkin memang kinerja obligasi akan membaik karena profil resiko kita membaik. Tapi kalau untuk "capital inflow", perlu diingat pasar modal kita masih kecil," ujar dia.
Ia menambahkan, Indonesia dinilai belum memiliki instrumen investasi yang memadai, investor asing juga masih akan berpikir ulang untuk masuk ke Indonesia.
"Emiten di pasar modal masih itu-itu saja. Instrumen investasinya juga masih minim. Investor asing akan lihat itu, tidak asal masuk saja. Kalau wadahnya tidak cukup, bagaimana investor mau masuk," katanya. (Ant)