Ilustrasi | Google Sudah lima tahun warga Desa Baling Karang, Kecamatan Sekrak, Aceh Tamiang, mengkonsumsi air berlumpur. Kondisi ini ter...
![]() |
Ilustrasi | Google |
Sudah lima tahun warga Desa Baling Karang, Kecamatan Sekrak, Aceh Tamiang, mengkonsumsi air berlumpur. Kondisi ini terjadi pascabanjir bandang 2006 air Sungai Tamiang berubah dari jernih berwarna coklat, keruh dan berlumpur hingga kini.
Staf Sheep Fondation, Sugiono, Jumat (30/9) mengatakan, banyak terjadi perubahan terhadap Desa Baling Karang pascabanjir bandang. Sebelumnya pemukiman warga berada persis dipinggiran sungai, sekarang sudah pindah ke bukit-bukit. Yang paling dirasakan perubahan kwalitas air sungai telah keruh dan berlumpur serta berwarna coklat. Padahal sebelum banjir bandang tahun 2006, Sungai Tamiang merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat, serta makhluk hidup lainnya. “Sejak lima tahun terakhir masyarakat mengkonsumsi air bercampur lumpur, karena sumber air bersih tak ada.”ujarnya.
Menurutnya, ada potensi sumber mata air yang berada di kaki Gunung Sangkapane di seberang Kampung Baling Karang. Sumber mata air gunung tersebut, kata Sugiono, dapat dimanfaatkan warga jika dibuatkan jalur pipanisasi dengan menurunkan air mengunakan sistem grafitasi. Menurutnya, lokasi sumber mata air itu jaraknya 1.300 meter dari Baling Karang. “Adanya jalur pipanisasi menyebrangi sungai Aceh Tamiang, dipastikan terpenuhi kebutuhan air 204 jiwa penduduk desa terpencil itu,” ujarnya lagi.
Hasil studi, debit air Sangkapane besar dan cukup memenuhi kebutuhan air warga serta kualitas air juga layak konsumsi, hasil uji laboratoriumnya kandungan unsur bakteri ekoli hanya sedikit. Menurut, Staf Bidang Advokasi Sheep Faundation tersebut, kebutuhan air bersih warga Baling Karang, harus segera dipenuhi oleh Pemkan Aceh Tamiang.
Dengan adanya jaminan ketersediaan air bersih dan mudah diakses, akan membantu warga berprilaku hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penyakit disamping membantu membangkitkan sektor perkebunan, pertanian dan perikanan warga yang hancur enam tahun lalu itu.
Staf Sheep Fondation, Sugiono, Jumat (30/9) mengatakan, banyak terjadi perubahan terhadap Desa Baling Karang pascabanjir bandang. Sebelumnya pemukiman warga berada persis dipinggiran sungai, sekarang sudah pindah ke bukit-bukit. Yang paling dirasakan perubahan kwalitas air sungai telah keruh dan berlumpur serta berwarna coklat. Padahal sebelum banjir bandang tahun 2006, Sungai Tamiang merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat, serta makhluk hidup lainnya. “Sejak lima tahun terakhir masyarakat mengkonsumsi air bercampur lumpur, karena sumber air bersih tak ada.”ujarnya.
Menurutnya, ada potensi sumber mata air yang berada di kaki Gunung Sangkapane di seberang Kampung Baling Karang. Sumber mata air gunung tersebut, kata Sugiono, dapat dimanfaatkan warga jika dibuatkan jalur pipanisasi dengan menurunkan air mengunakan sistem grafitasi. Menurutnya, lokasi sumber mata air itu jaraknya 1.300 meter dari Baling Karang. “Adanya jalur pipanisasi menyebrangi sungai Aceh Tamiang, dipastikan terpenuhi kebutuhan air 204 jiwa penduduk desa terpencil itu,” ujarnya lagi.
Hasil studi, debit air Sangkapane besar dan cukup memenuhi kebutuhan air warga serta kualitas air juga layak konsumsi, hasil uji laboratoriumnya kandungan unsur bakteri ekoli hanya sedikit. Menurut, Staf Bidang Advokasi Sheep Faundation tersebut, kebutuhan air bersih warga Baling Karang, harus segera dipenuhi oleh Pemkan Aceh Tamiang.
Dengan adanya jaminan ketersediaan air bersih dan mudah diakses, akan membantu warga berprilaku hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari penyakit disamping membantu membangkitkan sektor perkebunan, pertanian dan perikanan warga yang hancur enam tahun lalu itu.
sementara itu, Kadis PU Aceh Tamiang, Ir Zulkifli MM mengatakan, tahun 2011 pihaknya sudah mengusulkan pembangunan jaringan pipa air dari Batu Bedulang ke Baling Karang, namun upaya itu tidak terwujud, yang jadi hanya jaringan pipa air dari Batu Bedulang ke Desa Bengkelang dan saat ini sedang dikerjakan. “Kita usulkan kembali di APBD 2012 ini, mudah-mudahan gol, dan warga harap bersabar karena kami tetap meperjuangkannya “ujarnya. (Sumber : Serambi Online).