HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Naluri Keibuan Padam di Hari Raya Idul Fitri

Oleh : Maulana Syamsuri. Hari Raya Idul Fitri yang dinantikan oleh jutaan ummat Islam di Indonesia dan seluruh dunia akhirnya tiba, setelah...

Oleh : Maulana Syamsuri.

Hari Raya Idul Fitri yang dinantikan oleh jutaan ummat Islam di Indonesia dan seluruh dunia akhirnya tiba, setelah sebulan penuh ummat muslim menahan dahaga, lapar, menahan fitnah, bergunjing, berbohong, maksiat dan perbuatan buruk lainnya. Kedatangan Hari Raya Idul Fitri merupakan saatnya untuk saling memaafkan oleh sesama manusia dan saling kunjung mengunjungi serta bersilaturrahim.

Hari raya Idul Fitri bermakna kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metator, kelahiran kembali itu bermakna setiap muslim selama sebulan penuh menjalani puasa Ramadhan, qiyam dan segala macam ibadah, kembali merebut kesucian diri, jauh dari dosa. Idul Fitri bermakna kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni, kembali kepada keberagaman yang lurus dan kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak Islami.

Pada hari raya pertama, yakni 1 Syawal kaum muslim baik lelaki lelaki maupun perempuan, kakek nenek dan anak-anak berbondong-bondong melaksanakan sholat Id di lapangan atau di masjid raya, mendengarkan khutbah tentang kebajikan, kemudian saling bersalaman dan memohon maaf. Setiap anak biasanya melakukan sungkem kepada ayah bundanya, kepada nenek, paman dan kerabat yang lebih tua.

Derai Tangis Perempuan Indonesia.
Pada Hari Raya Idul Fitri tahun 1432-H, banyak masyarakat Indonesia, terutama kaum perempuan menitikkan air mata karena beberapa hal yang terjadi. Seperti yang dialami oleh keluarga Ruqiyah yang dihukum gantung di Arab Saudi, biasanya menerima BBM ucapan mohon maaf dan juga bingkisan uang Namun pada hari raya tahun ini, bingkisan uang itu tidak ada lagi. Karena Ruqiyah sudah tidak ada lagi, sudah berada di alam akhirat sebagai akibat hukuman gantung yang dijalaninya dengan tuduhan membunuh majikannya, Khoiriyati Omar. Keluarga Rukiyah, orangtuanya, mertua dan anak-anaknya serta kerabatnya hanya mampu menitikkan air mata.

Masih banyak lagi para perempuan yang menangis karena penderitaannya di rantau orang, seperti yang dialami oleh Aminah binti H.Budi asal Sumatera Barat, yang lolos dari hukuman mati, namun ia terlantar di Jeddah, Arab Saudi. Untuk bertahan hidup di negeri orang, ia terpaksa kerja serabutan. Menurut catatan Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah, bahwa saat ini masih terdapat lebih dari 5.000 orang Indonesia sebagai TKI/TKW, terutama wanita yang bermasalah di Arab. Sekurang-kurangnya ada 25 orang saat ini sedang menanti hukuman mati.

Dalam menghadapi Idul Fitri, para TKW/TKI tersebut tentu saja dalam suasana duka yang mendalam, jauh dari keluarga, jauh dari ayah bunda, jauh dari rumah, jauh dari tanah air. Airmata mereka berderai-derai di negeri orang.

Tangis Sang Buron.
Bila ribuan para kaum perempuan di luar negeri menangis dan bersedih hati lantaran jauh dari keluarga dan dari tanah air disebabkan status mereka bermasalah di rantau orang, masih ada perempuan Indonesia saat ini sedang dalam suasana duka, kebingungan dan ketakutan, karena sedang dalam pelarian untuk menghindari jeratan hukum yang menantinya di tanah air.

Salah satu perempuan yang sedang dalam pelarian itu adalah Nunun Nurbaeti yang berstatus tersangka sejak 23 Mei 2011. Nunun diduga melakukan suap dalam kaitannya dengan pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Miranda Gultom, di DPR periode 2004-2009. Perempuan yang selalu mengenakan jilbab dan kebaya merah itu kabur ke Singapura dan melanjutkan pelariannya ke Bangkok, Thailand dan Kamboja.

Pada awalnya Nunun Nurbaeti berkali-kali mangkir ketika KPK memanggilnya dengan alasan menderita vertigo, migran, neuropathy nyeri syaraf, hingga forgetfullness dan harus berobat di RS Mounth Elisabeth Singapura. Dari negeri singa tersebut, Nunun melarikan diri untuk menghindari jeratan hukum. Perempuan berkerudung merah ini dituduh membagikan 480 lembar cek pelawat senilai Rp.24 milyar.

Dalam pelariannya yang berpindah-pindah tempat, di saat Hari Raya Idul Fitri, dipastikan Nunun Nurbaeti merasa sedih, senantiasa menangis dan khawatir sewaktu-waktu dapat tertangkap dan diborgol untuk diseret pulang ke Indonesia. Pada saat Hari Raya Idul Fitri, dapat dipastikan ia merindukan suasana manis ketika masih berkumpul di rumah bersama suami, anak-anak dan keluarganya. Apa boleh buat kini Nunun hanya mampu menangis, bahkan meratap menyesali perbuatannya. Kini dalam pelariannya,

tidak ada lagi gunanya harta dan uang yang menumpuk, hatinya tidak tenteram, susah tidur dan makanpun tidak enak. Hidupnya kini penuh derai air mata. Sebab suatu saat ia akan tertangkap oleh aparat yang terus memburunya

Naluri Keibuan Yang Padam
Setiap perempuan biasanya memiliki hati selembut sutera dan penuh keibuan. Namun naluri keibuan itu sudah padam. Itulah yang terjadi atas diri perempuan cantik, yakni Neneng Sri Wahyuni, istri mantan bendahara umum Partai Demokrat yang tertangkap Interpol di Kolumbia baru-baru ini. Neneng Sri Wahyuni kini statusnya sebagai tersangka dalam kasus pengadaan dan supervisi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun anggaran 2008-2010.

Bagaimana seorang perempuan buron menghadapi hari raya Idul Fitri?. Tentu saja dalam suasana duka dan kekhawatiran sewaktu-waktu aparat akan menangkapnya. Tentu saja air matanya berderai-derai karena kerinduan terhadap suami dan anak serta keluarga lainnya. Dalam persembunyiannya pasti Neneng tidak henti-hentinya menangis. Masa lalu bersama suami dan anak-anak dalam limpahan harta hasil korupsi hanya merupakan mimpi indah sesaat. Kini Neneng harus merasakan getirnya hidup dalam pelarian. Takbir yang bergema dimana-mana akan membuat tangisnya semakin berderai bak hujan lebat yang turun dari langit. Dipastikan dalam pelariannya Neneng Sri Wahyuni merindukan suaminya, ayah bunda, mertua dan kerabatnya di tanah air. Airmata perempuan ini bederai-derai sepanjang jalan pelariannnya dan sukar diduga akan sampai dimana air mata perempuan ini akan berakhir. Namun yang pasti Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatan sedang menantinya.

KPK sudah menghubungi pihak polisi kemudian selanjutnya interpol akan menerbitkan red notice (Kompas, 20/8). Akankah Neneng akan mengalami nasib sama dengan suaminya?. Semua masih misteri, namun yang pasti tangisnya tiada henti di saat ummat Islam bergembira di hari raya.

Akan ada lagikah perempuan-perempuan Indonesia yang bertindak nekad merugikan keuangan negara lalu kabur keluar negeri?. Akan ada lagikah perempuan yang kehilangan perasaan keibuannya?

KPK Akan Membidik Angelina Sondakh.
KPK saat ini sedang berusaha untuk membidik seorang perempuan cantik, yakni Angelina Sondakh yang banyak disebut-sebut oleh Nazaruddin dalam pelariannya. (Kompas 13/8). Perempuan cantik ini sedang diintai KPK karena diduga terkait menerima segepok uang hasil korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Bila suatu saat perempuan cantik ini terbidik, akan semakin banyak perempuan yang seharusnya berhati lembut dan keibuan akhirnya naluri itu padam.
Hatinya menjadi batu cadas dan gelap!. Semoga Angelina tidak keburu kabur keluar negeri.

Pemerintah hingga saat ini belum berhasil membekuk koruptor yang kabur keluar negeri. Sebagian mereka kabur ke Singapura, Malaysia, China, Vietnam, Australia dan lain-lain. Setidaknya ada 24 koruptor yang belum tertangkap dan saat ini masih lenggang kangkung di luar negeri. Salah satunya adalah perempuan bernama Lisa Eviyanti Santoso,terpidana kasus BLBI.

Kasihan para ibu-ibu rumah tangga yang seharusnya berada di tengah keluarga pada saat hari raya ini harus menabur air mata di negeri orang.

Penulis adalah sastrawan/novelis.
Sumber : Analisadaily