HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Bulan Purnama, Hujan Meteor Orionid Sulit Dilihat dari Indonesia

Lentera 24.com | JAKARTA -- Setelah akhir pekan kemarin Bumi diguyur fenomena hujan Meteor Perseid, pada bulan Oktober mendatang giliran hu...

Lentera24.com | JAKARTA -- Setelah akhir pekan kemarin Bumi diguyur fenomena hujan Meteor Perseid, pada bulan Oktober mendatang giliran hujan Meteor Orionid yang bakal menghiasi langit dunia. Sayangnya hujan Meteor Orionid sulit dilihat secara jelas dari wilayah Indonesia karena terhalang cahaya Bulan Purnama.

Foto : Sindonews.com
Orionid diprediksi akan datang menghiasi langit malam pada 7 Oktober dan mencapai puncaknya 21 Oktober 2018. Sementara waktu terbaik untuk melihat Orionid yakni di antara dini hari hingga sebelum fajar.

"Pada Bulan Oktober akan terlihat serpihan Komet Halley yang akan terlihat di Rasi Orion dengan intensitas sekitar 25 atau 26 meteor per jam seperti tampak bintang yang jatuh. Hal itu berlangsung sekitar semingguan dengan puncaknya pada tanggal 21 oktober 2018 yang dapat dilihat pukul 00.00-04.00 WIB", kata  Eko Wahyu Wibowo, Kasatlak Teknik Pertunjukkan dan Publikasi, Planetarium dan Observatorium Jakarta, UP PKJ Taman Ismail Marzuki (TIM) kepada SINDOnews di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Namun untuk di Indonesia, kata Eko, pecinta astronomi kemungkinan akan sulit melihat fenomena alam tersebut. Sebab Bulan Oktober pada tanggal itu sudah mendekati Bulan Purnama. Sehingga pandangan ke langit atau angkasa menjadi terganggu terangnya sinar bulan.

Ditanya apakah Planetarium dan Observatorium Jakarta akan menggelar observasi bersama, dia menjawab, pihaknya tidak menggelar kegiatan tersebut. Alasannya, polusi cahaya di Jakarta sudah sangat tinggi. "Saya sarankan agar menepi ke luar Jakarta, misalnya Anyer. Seperti yang dilakukan teman-teman Planetarium dan Observatorium Jakarta akhir pekan kemarin, ketika mengamati Meteror Perseid," ucapnya sambil memperlihatkan foto kegiatan observasi mereka selama di Pantai Anyer. 

"Sementara Meteor Perseid di Rasi Perseus berasal dari pecahan Komet Swift Tuttle yang puncaknya terjadi tanggal 13 Agustus kemarin pukul 01.30 WIB", imbuh Eko. 

Dia menambahkan, Komet Halley seperti komet lainnya mempunyai lintasan yang memutar. Komet baru memasuki tata surya kita sekitar 75-76 tahun sekali. "Artinya jarak yang terdekat dengan bumi sekitar 75-76 tahun. Terakhir dilihat di Bumi pada 1986, berarti akan terlihat lagi dengan jelas pada 2061. Semua komet yang kita kenal orbitnya mengitari Matahari sama dengan bumi, bedanya Halley satu lintasan memakan waktu 75 atau 76 tahun pas di tata surya sehingga kelihatan dari bumi setiap 75 atau 76 tahun sekali. Sementara bumi mengitari Matahari selama 365,2425 hari", ungkapnya. [] SINDONEWS.COM