Foto/ILUSTRASI Dua perbedaan analogi yang bisa menyatukan sebuah pemahaman yang mendalam mengenai penggabungan logika dengan wahyu, dan cara...
![]() |
Foto/ILUSTRASI |
Dua perbedaan analogi yang bisa menyatukan sebuah pemahaman yang mendalam mengenai penggabungan logika dengan wahyu, dan cara pandang atau sikap kita terhadap keduanya bisa berdampak terhadap ilmu dan agama. Di era sekarang ilmu dan agama masih menjadi pertentangan menurut perbedaan agama, terutama pada agama Rahmatan lil alamin agama islam sendiri juga masih banyak yang masih gundah mengenai cara pandangnya tentang logika (Aqli) dengan wahyu (Naqli). Dilain sisi agama lain yang secara lahiriyahnya tidak mengenal apa itu wahyu, yang pembuktiannya melalui kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw sangat memperhatikan bahkan tidak jarang yang ingin mencari tau dan sampai dengan keyakinanya kepada tuhan (Allah) mereka (Nonis) mencari bagaimana tuhan itu ada, bagaimana alam semesta ini hadir dan sangat sempurna, dan sebenarnya tuhan yang maha esa itu bagaimana.
Logika merupakan kemampuan untuk berpikir secara rasional (masuk akal), dan dibuktikan berdasarkan bukti yang nyata, sedangkan wahyu sendiri turun berdasarkan firman Tuhan dan disampaikan melalui kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, menurut keyakinan umat islam sendiri. Bukan hanya banyak yang mencari tahu keberadaan tuhan itu ada atau tiada. Dalam sebuah perdebatan Dimana terdapat tiga pemikir yang berbeda, satu diantaranya seorang filsuf skeptis, ilmuan rasionalis, dan terakhir seorang ulama yang kuat dalam keimanannya, perdebatan ini menimbulkan acuan Dimana kebenaran akan diuji melaui logika, bukti dan keyakinan.
Dalam tiga pandangan tersebut pastinya memiliki perbedaan dan keyakinan sendiri yang kuat, baik semua hidupnya telah diabdikan untuk menyebarkan agama islam, seorang fisikawan teoritis yang Tengah sibuk menggali hukum-hukum alam, dan baginya sains adalah kunci untuk memahami realita dan agama hanyalah warisan mitos kuno yang pasti keberadaanya menentang dan tidak sesuai, selain itu pendapat lain juga ada pada seorang filsuf ternama yang tenggelam dalam pikirannya sendiri dan mempercayai bahwa manusia itu yang menciptakan tuhan karena ketakutan terhadap hal diatas Kendali mereka, dan baginya agama adalah jebakan akal sehat.
Menyatukan anatara logika dengan wahyu dan sangat memengaruhi cara pandang kita terhadap keduanya, dari penggabungan tersebut umat islam dapat memahami ajaran agama lebih mendalam dan bisa menyikapi sesuai dengan zamannya yang berkembang. Ajaran agama lain pun bisa memahami dan sebagai pengetahuan tentang logika dengan wahyu itu bisa pahami dan pembuktiannya melalui umat terdahulu, selain itu, dengan adanya agama islam mengimani dan menjalankan perintah agama yang bersumber dari Tuhan (Wahyu), banyak juga agama lain yang ingin membuktikan kebenaranya, bahkan tidak sedikit orang dengan agama yang berbeda ingin masuk dan mempelajari agama rahmatan lil alamin ini dan membuktika bahwa logika dengan wahyu itu terdapat pembuktian yang kompleks dan selaras.
Pandangan kita sebagai orang islam yang kuat akan keimanan kita terhadap tuhan dan wahyu hanya bisa menyelaraskan bahwa eksistensi tuhan bukan sekedar keyakinan, melainkan kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan melalui akal dan wahyu, dan membenarkan kebatilan adanya argumen dan keyakinan tersendiri bahwa tuhanlah yang menciptakan manusia dan bukan kebalikannya dan seluru alam semesta. Dengan adanya penguatan dari agama islam sendiri dan agar menjadi suatu dampak yang besar, kita sebagai umat yang mempercayai keberadaan tuhan dan wahyu sebaikya memberikan contoh dan indikasi yang konkret, seperti adanya alam semesta yang diciptakan, dan bagaimana alam semesta ini ada jika bukan tuhan yang menciptakan, serta gambaran dan lukisan dunia yang begitu sangat sempurna siapa lagi jika bukan adanya sang pencipta. Jika ada hukum-hukum alam pasti ada hukum dan adanya penciptaan pasti adannya sang pencipta.
Tidak mudah bukan berarti mustahil, tetapi hal yang sulit untuk dicerna menggunakan akal memang perlu proses yang tidak pendek untuk pembuktiannya. Maka dari itu, pandangan kita terhadap perbedaan pemikiran yang rasional dengan yang bersumber dari tuhan itu bisa dibuktikan dengan kepercayaan masing-masing akan semakin menjadi sebuah perdebatan yang intens dan malah menjadi keraguan dengan apa yang dipikirkan secara logika mengenai wahyu. Dan tidak pula membenarkan semua keraguan pendapat yang berlaku.
Dari beberapa keyakinan dan perdebatan mengenai akal dan wahyu, disisi lain terdapat hikmah yang dapat kita teladani dan ilmu sebagai pengetahuan, melalui perbedaan keyakinan tidak juga saling mendoktrin bahwa agama adalah suatu hak yang harus dimiliki dan diyakini, tetapi bukan berarti kita bisa bebas tanpa aturan dan bebas hanya karena materi yang dicari, Dimana adanya agama pasti ada juga aturanya. Sedangkan kepercayaan kita terhadap wahyu juga tidak dapat disalahkan dan dipisahkan begitu saja, karena manusia adalah makhluk yang mencari makna, dengan agama adalah tameng agar jangan sampai berjalan tanpa kepala.[]
Penulis :
Widhah Salmaniyah, mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan