HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Anak yang Mengalami Gangguan Bahasa Ekspresif

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam era modereni...


Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam era moderenisasi seperti saat ini,kita dihadapkan  dengan berbagai kasus terkait gangguan berbahasa salah satunya pada tahun 2008 - 2009 di RS Harapan  Kita Jakarta 69,9% anak usia 13-36 bulan mengalami  keterlambatan bicara  (Hartanto, 2018) . Keterlambatan berbicara termasuk dalam gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif. 

Gangguan perkembangan bahasa ekspresif dapat diistilahkan dengan kesulitan berekspresi, di mana anak dapat memahami apa yang dikatakan orang lain, tetapi sulit baginya untuk menempatkan kata secara bersama-sama untuk membalasnya serta kesulitan untuk mengatakan apa yang hendak ia katakan. Selain itu gangguan bahasa ekspresif terjadi saat seseorang menjalin komunikasi namun sulit mengungkapkan ide-idenya meskipun pemahaman bicaranya normal. 

Orang tua memiliki peran sangat besar untuk mendorong anak menggunakan kata-kata, dan menghentikan penggunaan komunikasi nonverbal (bahasa tubuh), agar anak bisa menggunakan bahasa yang tepat dan tidak mengalami gangguan bahasa ekspresif. Di  sisi lain meskipun anak diberikan stimulasi yang cukup ada anak yang tetap  gagal mengembangkan beberapa area kemampuan bicara dan bahasa, yang pada akhirnya mengalami kesulitan di sekolah.Sehingga sangat penting bagi orang tua maupun pendidik untuk mengetahui ciri-ciri, penyebaran, penyebab hingga cara penanganan gangguan bahasa ekspresif pada anak. 

Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan bahasa ekspresif yaitu mengalami ketidakmampuan dalam bicara dan bahasa. Seorang anak bisa dikatakan mengalami gangguan dalam bahasa ekspresif bila terdapat jarak (discrepancy) antara apa yang di mengerti oleh anak ( bahasa reseptif) dengan apa yang mereka ingin katakan ( bahasa ekspresif) .Kemampuan bahasa pada anak yang mengalami gangguan bahasa ekspresif amat bervariasi perbedaannya satu dengan yang lain, tergantung pada tingkat keparahan gangguan dan usia anak.   Anak yang mengalami gangguan ekspresif dapat di umpamakan seperti orang Indonesia yang berkunjung ke tempat kerabatnya yang menikah dengan orang Jepang, maka ia akan merasa frustasi dan tidak nyaman bila berhubungan langsung dengan orang disekitarnya kecuali ada kerabat yang dari Indonesia yang menemaninya. 

Penyebaran masalah gangguan berbahasa baru di sadari ketika anak mulai menggunakan suaranya dan mengungkapkan konsep mereka sendiri. Meskipun perkiraan penyebaran memperhitungkan adanya variasi perkembangan bahasa yang tergolong normal dan didasarkan kepada pendekatan individual sesuai dengan kriteria yang amat khusus,namun ternyata derajat keparahan masih bervariasi, hampir 10%  anak usia dini mengalami gangguan tersebut, Namun hampir sebagian besar anak dapat mengatasi masalah ini pada usia 6-7 tahun sehingga hanya tersisa sekitar 2% hingga 3%dari mereka yang masih menderita gangguan tersebut (Mash & Wolf, 2013). Gangguan Bahasa ekspresif pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. 

Faktor penyebab gangguan bahasa ekspresif antara lain genetik,otak, infeksi telinga, serta lingkungan rumah. Penyebab pertama yaitu genetik, sekitar 50 %- 75% dari keseluruhan yang mengalami gangguan bahasa spesifik memperlihatkan ada keluarga yang mengalami kesulitan dalam belajar. Bahkan pada anak kembar dan adopsi juga juga memperlihatkan adanya hubungan genetik didalamnya. Kedua yaitu Otak, fungsi-fungsi bahasa berkembang pesat berpusat pada lobus temporal sebelah kiri. Lingkaran umpan balik sirkular membantu penguatan proses perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif. Semakin baik anak memahami bahasa ujaran semakin baik pula kemapuan ekspresif mereka. Ujaran bahasa yang mereka ungkapan akan terdengar oleh anak itu merupakan umpan balik bagi diri mereka sendiri. Bila anak tidak mampu memahami dan mendapatkan umpan balik akan mengurangi kemampuan anak bertutur kata secara verbal dan akhirnya mengganggu perkembangan keterampilan artikulasi anak (Mask & Wolf, 2013).

Penyebab gangguan berbahasa yang ketiga adalah infeksi telinga, kerusakan pada kemampuan bahasa ekspresif adalah karena otitis media (terjadinya infeksi pada telinga bagian tengah) dalam tahun pertama kehidupan anak, karena infeksi yang terus menerus akan membuat anak kehilangan pendengaran.Penyebab terakhir yaitu lingkungan rumah juga memberikan konstribusi kemungkinan munculnya gangguan komunikasi misal anak terlahir dari orangtua yang pendiam dan orangtuanya jarang menggunakan kata-kata yang keluar dari mulutnya, ortu lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal seperti bahasa tubuh mengerutkan dahi, kalimat pendek. 

Penanganan  gangguan bahasa ekspresif dan gangguan komunikasi  dapat dikoreksi oleh anak secara mandiri bersamaan dengan berjalannya waktu pada usia sekitar 6 tahun tanpa memerlukan intervensi atau penanganan khusus, Namun orangtua dianjurkan untuk mencari pertolongan dalam rangka memahami keterlambatan bicara anak dan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Menurut Kurniasari & Irma (2020) usaha yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam penanganan gangguan perkembangan bahasa ekspresif yaitu dengan; a) Penegasan kosa kata; b) Bercerita pengalaman anak sebelumnya dan Bertanya; c) Literasi sejak dini; d) Labeling; e) Kerjasama dengan orang tua; f) Memberi waktu kepada anak untuk Bermain Gadget dan menonton televisi; serta faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif.[]

Pengirim : Ning Supinah, Mahasiswi INISNU Temanggung, Hp. 083840570794