HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Kisah dua jamaah calon haji Aceh ini bagaikan cerita sinetron, Tukang Bubur Naik Haji Mah Lewat

Lentera 24.com | ACEH UTARA -- Jika tidak karena mendengar sendiri dari penuturnya, mungkin saya pun tidak percaya dengan kisah ini. Fo...

Lentera24.com | ACEH UTARA -- Jika tidak karena mendengar sendiri dari penuturnya, mungkin saya pun tidak percaya dengan kisah ini.

Foto : Serambi
Adalah Hanafiah Putih Hasyim (98) dan istrinya Asma Abdullah Syafari (67), suami istri asal Sumbok Rayeuk, Kecamatan Nibong, Aceh Utara, yang melakoni kisah ini.

Keduanya bersama 391 Jamaah Calon Haji (JCH) lain dalam kelompok terbang (kloter) 6 embarkasi Banda Aceh ini, sudah bertolak ke Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.

Mereka meninggalkan Tanah Air melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Minggu (28/7/2019) sekitar pukul 22.35 WIB.

Serambinews.com sempat bertemu keduanya di Aula Utama Asrama Haji Embarkasi Banda Aceh, Minggu (28/7/2019) sore.

Sang istri, Asma Abdullah Syafari (67), tak sungkan berbagi cerita awal mula hingga keduanya bisa naik haji bersama.

Asma mengatakan, keberangkatan haji ini merupakan “kado cinta” dari suaminya Hanafiah Putih Hasyim (98) yang berprofesi sebagai penjual sayur di Pasar Nibong, Aceh Utara.

Asma tak pernah menyangka jika di usia senjanya mendapatkan kesempatan memenuhi panggilan Allah, berangkat haji ke Tanah Suci.

"Bapak sehat, teuma ka tuwoe-tuwoe. (Bapak sehat, hanya saja sudah mulai sering lupa)," kata Asma ketika Serambinews.com menanyakan keberadaan suaminya yang tidak ikut ke Aula Asrama Haji tersebut.

Asma tak keberatan berbagi cerita ia dan suami dapat menjadi JCH Aceh pada tahun ini.

Suami istri yang memiliki 10 orang anak lima laki-laki dan lima perempuan ini, sama-sama sudah lama menyimpan niat untuk menjadi tamu Allah.

Namun keduanya tidak pernah saling menyampaikan.

Hingga saatnya, suatu ketika yang Asma hanya ingat bahwa itu setelah bulan Ramadhan, suaminya Hanafiah menyampaikan bahwa sudah mempunyai uang Rp 23 juta dan mau mendaftar haji untuk mereka berdua.

Asma kaget bukan kepalang.

"Teukeujot lon wate geupegah banlheuh geuhitong na peng 23 juta. Lon tanyong pakon hana neupeugah bak lon, meunye meninggai hana soe yang teupeu. (Terkejut saya ketika disampaikan setelah dihitung ada uang 23 juta rupiah. Saya tanya kenapa tidak bilang ke saya, kalau meninggal tidak ada yang tahu)," tutur Asma dengan wajah serius.

Menurut Asma, suaminya tersebut merupakan tipe laki-laki pendiam dan jarang menyampaikan sesuatu yang belum pasti.

Bahkan, uang yang ditabung untuk daftar haji pun baru diketahui setelah sang suami menukarkan uang pecahan tersebut ke bank.

Dari pengakuan suaminya, uang tersebut merupakan hasil berjualan sayur setiap hari di Pasar Nibong.

Tanpa ada yang tahu, sang suami menyisihkan hasil jualannya dengan menyimpan di bawah kasur tidurnya.

Niat dan tekad yang kuat untuk memenuhi panggilan Allah, membuat Hanafiah tak pernah khawatir dengan keberadaan uang tersebut.

Saban hari, mulai pukul 05.00 WIB, Hanafiah tersebut mengayuh sepeda dari rumah ke jalan utama.

Selanjutnya naik mini bus menuju Pasar Inpres Lhokseumawe untuk berbelanja bahan dagangan berupa sayur, ikan asin, dan lainnya untuk dijual kembali di Pasar Nibong.

"Menye lon peugah, mungken geukubah dua ribe-dua ribe siuroe. Karna lon hana tudum padum na peng bak geumukat nyan, hana pernah geupeugah. (Kalau saya katakan mungkin dalam sehari disimpan 2.000 rupiah. Karena saya tidak tahu berapa penghasilan dari jualan itu, tidak pernah dibicarakan)," kata Asma ketika ditanya berapa dalam sehari suaminya menyisihkan uang dari hasil berjualan sayur.

Tentu saja uang Rp 23 juta tidak cukup untuk keduanya mendaftar haji.

Beruntung suami istri ini punya anak yang berbakti, sehingga kekurangan dana itu ditambah oleh anaknya yang langsung mendaftarkan kedua orang tuanya sebagai calon jamaah haji pada tahun 2015.

Karena faktor usia yang sudah lanjut, keduanya menjadi JCH pada musim haji tahun ini.

"Watee dipeugah le aneuk ka dihoi untuk jak haji, gobnyan senang that. Watee katroh bak asrama geutanyeng bak lon paken hana di ba laju u Arab. (Sewaktu disampaikan oleh anak kalau sudah ada panggilan ke Tanah Suci, beliau senang sekali. Ketika sampai di Asrama, beliau tanyakan ke saya kenapa tidak langsung dibawa ke Arab)," tutur Asma tersenyum bahagia.

Selanjutnya setelah menerima beberapa dokumen yang dibagikan oleh panitia haji, Asma dan Serambinews yang ditemani seorang petugas haji lainnya menjumpai Hanafiah di penginapan khusus JCH laki-laki yang masih di lingkungan Asrama Haji.

Ia tampak dalam kondisi sehat. Meski langkah kakinya pelan, ia mampu berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu.

Hanya saja pendengarannya yang sudah kurang jelas menangkap suara.

" Hana lon peugah, keupeu lon peugah memang ka niet jak haji. (Tidak saya sampaikan ke istri, karena untuk apa saya bilang memang niatnya mau pergi haji)," kata Hanafiah ketika Serambinews bertanya kenapa tidak pernah menyampaikan kepada istrinya jika selama ini ia menabung untuk bisa ke Tanah Suci.

Ketika ditanya lebih lanjut, uang yang ditabung tiap hari apakah pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000, Hanafiah hanya mengangguk pelan.

Begitulah rahasia Allah.

Suami istri yang hanya berprofesi sebagai penjual sayur ini sudah berada di Tanah Suci, memenuhi panggilan Ilahi. Labbaik Allahumma labbaik. [] SERAMBI