Lentera 24.com | ACEH TAMIANG – Dalam upaya mengembangkan produk unggulan Kampung berbasis organik yang saat ini tengah dirintis, Datok Pe...
Lentera24.com | ACEH TAMIANG – Dalam upaya mengembangkan produk unggulan Kampung berbasis organik yang saat ini tengah dirintis, Datok Penghulu (Keuchik) Kampung Perkebunan Sungai Iyu Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, Ramlan bersama sejumlah warganya tetap optimis dengan program garapannya yang bakal sukses dan berhasil.
Apalagi ketika sebanyak 1500 ekor anak ayam kampung yang sudah berusia sebulan dan menjadi salahsatu tumpuan impian keberhasilan usaha tersebut terlihat tumbuh sehat. Sehingga semangat Ramlan dengan berternak ayam kampung Jawa super (Joper) semakin melambung tinggi.
“Anak ayam ini masih berusia sebulan dengan bobot rata rata seberat 8 ons perekor. Kami memprediksi, pada usia ayam memasuki 70 hari ini, setiap ekornya bisa mencapai seberat 1.2 kilogram,” ujar Ramlan kepada Lentera24, Rabu (13/12/2017).
Disebutkannya, program unggulan Kampung yang menggunakan anggaran Alokasi Dana Desa tahun 2017 yang menelan biaya sebesar Rp.133.565.253 tersebut, selain sebanyak 1500 ekor ayam kampung Joper, kini Kampung Perkebunan Sungai Iyu juga telah memiliki kandang 15 unit kandang ayam pedaging.
“Bibit ayam ini kami datangkan dari pulau Jawa. Kami memprogram kegiatan ini melalui sistem berbasis organik dengan produk yang kami hasilkan juga berupa daging organik, semoga usaha ini bisa berhasil sesuai yang kami harapkan,” imbuh Ramlan.
Amatan Lentera24, kalau ditiunjau dari segi kesehatan, dampak dari kotoran ayam kampung Joper terhadap lingkungan sepertinya tidak terlalu menonjol. Pasalnya kondisi disekitar kandang tidak ada terdapat banyak lalat. Selain itu, diseputaran lingkungan kandang ayam kampung Joper tersebut juga tidak ada tercium aroma kotoran ayam yang menimbulkan bau kurang sedap.
“Seperti yang kita lihat dan kita rasakan, tidak ada lalat dan tidak ada bau kotoran ayam. Salah satu penyebabnya,untuk konsumsi ayam jenis ini kita tetap menggunakan campuran pakan berupa suplemen organik cair,” jelas Ramlan.
Bukan hanya produk unggulan berupa ayam kampung Jawa super yang tengah dirintisnya saja, bahkan sebut Ramlan, Kampung yang dipimpinnya tersebut juga sudah memiliki asset sapi sebanyak 7 ekor serta usaha budidaya ikan lele. Untuk tahun ini, didalam kolam yang terbuat dari bahan tenda plastik, pihaknya telah menanam sebanyak 7500 ekor benih ikan lele dumbo.
“Ini merupakan salah satu upaya kami untuk membantu warga dalam peningkatan sumber mata pencaharian demi mencukupi kebutuhan ekonomi warga,” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk mencapai target peningkatan perekonomian bagi warganya, Ramlan telah memiliki program baru. Program dimaksud lahir dan terinspirasi dengan keadaan pasar, terutama tentang masalah daging ayam dan telur didaerahnya.

“Selama ini di Aceh, untuk memenuhi kebutuhan daging ayam dan telur bagi konsumen, pihak pedagang tetap memasok ayam serta telur dari luar daerah, terutama dari Kota Medan Sumatera Utara. Dan ini menjadi ketergantungan secara berkepanjangan,” tambah Ramlan.
Sebab itulah Ramlan beserta warganya ingin mengembangkan usaha budidaya ayam pedaging dan ayam petelur organik di Kampungnya. Wacana dimaksud ternyata sangat disambut baik oleh warga Kampung Perkebunan Sungai Iyu. wacana itu kata Ramlan akan dilakukan pada tahuun 2018 mendatang.
Bahkan sambung Ramlan lagi, untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi dan ayam yang ada, pihaknya akan mengolah limbah itu sebagai pupuk organik dengan sasaran pemanfaatan lahan yang ada, terutama lahan pekarangan warga untuk menanam sayur mayur.
“Dengan keterbasan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Kampung Perkebunan Sungai Iyu, kita akan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian sayur mayur. Pupuknya kita sudah punya sendiri, tinggal mengolah saja menjadi pupuk organik, dan ini sangat menguntungkan bagi warga kita,” pungkas Ramlan. [] L24-002
![]() |
Datok Penghulu Kampung Perkebunan Sungai Iyu, Ramlan (mengenakan topi) sedang melakukan kegiatan rutinnya mengontrol perkembangan pertumbuhan anak ayam kampung Jawa Super (Joper) berbasis organik. (Lentera24.com-Suparmin) |
“Anak ayam ini masih berusia sebulan dengan bobot rata rata seberat 8 ons perekor. Kami memprediksi, pada usia ayam memasuki 70 hari ini, setiap ekornya bisa mencapai seberat 1.2 kilogram,” ujar Ramlan kepada Lentera24, Rabu (13/12/2017).
Disebutkannya, program unggulan Kampung yang menggunakan anggaran Alokasi Dana Desa tahun 2017 yang menelan biaya sebesar Rp.133.565.253 tersebut, selain sebanyak 1500 ekor ayam kampung Joper, kini Kampung Perkebunan Sungai Iyu juga telah memiliki kandang 15 unit kandang ayam pedaging.
“Bibit ayam ini kami datangkan dari pulau Jawa. Kami memprogram kegiatan ini melalui sistem berbasis organik dengan produk yang kami hasilkan juga berupa daging organik, semoga usaha ini bisa berhasil sesuai yang kami harapkan,” imbuh Ramlan.
Amatan Lentera24, kalau ditiunjau dari segi kesehatan, dampak dari kotoran ayam kampung Joper terhadap lingkungan sepertinya tidak terlalu menonjol. Pasalnya kondisi disekitar kandang tidak ada terdapat banyak lalat. Selain itu, diseputaran lingkungan kandang ayam kampung Joper tersebut juga tidak ada tercium aroma kotoran ayam yang menimbulkan bau kurang sedap.
“Seperti yang kita lihat dan kita rasakan, tidak ada lalat dan tidak ada bau kotoran ayam. Salah satu penyebabnya,untuk konsumsi ayam jenis ini kita tetap menggunakan campuran pakan berupa suplemen organik cair,” jelas Ramlan.
Bukan hanya produk unggulan berupa ayam kampung Jawa super yang tengah dirintisnya saja, bahkan sebut Ramlan, Kampung yang dipimpinnya tersebut juga sudah memiliki asset sapi sebanyak 7 ekor serta usaha budidaya ikan lele. Untuk tahun ini, didalam kolam yang terbuat dari bahan tenda plastik, pihaknya telah menanam sebanyak 7500 ekor benih ikan lele dumbo.
“Ini merupakan salah satu upaya kami untuk membantu warga dalam peningkatan sumber mata pencaharian demi mencukupi kebutuhan ekonomi warga,” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk mencapai target peningkatan perekonomian bagi warganya, Ramlan telah memiliki program baru. Program dimaksud lahir dan terinspirasi dengan keadaan pasar, terutama tentang masalah daging ayam dan telur didaerahnya.

“Selama ini di Aceh, untuk memenuhi kebutuhan daging ayam dan telur bagi konsumen, pihak pedagang tetap memasok ayam serta telur dari luar daerah, terutama dari Kota Medan Sumatera Utara. Dan ini menjadi ketergantungan secara berkepanjangan,” tambah Ramlan.
Sebab itulah Ramlan beserta warganya ingin mengembangkan usaha budidaya ayam pedaging dan ayam petelur organik di Kampungnya. Wacana dimaksud ternyata sangat disambut baik oleh warga Kampung Perkebunan Sungai Iyu. wacana itu kata Ramlan akan dilakukan pada tahuun 2018 mendatang.
Bahkan sambung Ramlan lagi, untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi dan ayam yang ada, pihaknya akan mengolah limbah itu sebagai pupuk organik dengan sasaran pemanfaatan lahan yang ada, terutama lahan pekarangan warga untuk menanam sayur mayur.
“Dengan keterbasan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Kampung Perkebunan Sungai Iyu, kita akan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian sayur mayur. Pupuknya kita sudah punya sendiri, tinggal mengolah saja menjadi pupuk organik, dan ini sangat menguntungkan bagi warga kita,” pungkas Ramlan. [] L24-002