suara-tamiang.com , BANDA ACEH -- Pengamat Politik dan Kemanan Aceh Aryos Nivada mengemukakan, ada yg menarik dari pernyataan Muzakir Mana...
suara-tamiang.com, BANDA ACEH -- Pengamat Politik dan Kemanan Aceh Aryos Nivada mengemukakan, ada yg menarik dari pernyataan Muzakir Manaf (Mualem) yang mengklaim mendapat dukungan dari 11 parpol di Aceh (serambi/5/02/15) pada saat rapat mendadak kemarin. Sebelum saya patut apresiasi komunikasi lintas partai politik yang dilakukan Mualem. Pesan tersiratnya Partai Aceh masih memiliki pegaruh kuat dalam mempengaruhi arah politik di Pilkada 2017.
Menurut Aryos Nevada dalam press releasenya yang diterima suara-tamiang.com, menjelaskan ada beberapa catatan penting dalam analisisnya; Pertama, tindakan Mualem mengumpulkan partai politik memperlihatkan respon ketakutan Mualem terhadap larinya dukungan partai politik dari sebagian besar yang tergabung dalam Koalisi Aceh Bermartabat. Ini upaya untuk mengkonsolidasi kembali sekaligus memastikan arah dukungan dan usungan dari partai politik.
Kedua, partai politik yang hadir seharusnya menghormati apa yang sudah diputuskan oleh DPP, misalkan PAN yang sudah diputuskan DPP mengusung Farhan Hamid tapi faktanya ketua DPW PAN menghadiri undangan dari Muzakir Manaf untuk rapat. Berarti ada yang tidak selesai di internal PAN dalam mengusung Farhan Hamid, walaupun sudah diputuskan DPP.
Sedangkan dukungan dan usungan yang diberikan DPD Golkar Aceh kepada Muzakir Manaf untuk maju sebagai gubernur ke depannya patut dipertanyakan. Hal ini karena posisi Sulaiman Abda sudah dipulihkan sebagai DPD 1 Partai Golkar Aceh yang sempat lepas darinya. Otomatis dukungan awalnya diberikan kepada Mualem menurut versi pengurus ARB berpeluang akan ditarik lagi, karena dianggap tidak sah. Selanjutnya dukungan dan usungan dari Partai Golkar diarahkan kepada kandidat lain.
Ketiga; pertemuan rapat Muzakir Manaf dengan lintas partai politik untuk kesekian kalinya menunjukan belum menemukan titik kesepakatan semua partai politik dalam mengusung wakil gubernur yang mendampingi Muzakir Manaf. Menurut saya sulit menyatukan banyak kepentingan dan keinginan dari partai politik untuk menjagokan kadernya masing-masing. Informasi yang saya himpun, ada tiga kandidat yang diusung dari Koalisi Aceh Bermartabat untuk mendampingi Mualem dari partai pendukung. Mereka itu, Anwar Ahmad, TA. Khalid, dan Nova Iriansyah.
“Makanya partai politik masih menarik ulur dalam memberikan pernyatan resmi untuk mendukung Muzakir Manaf sebagai gubernur Aceh 2017 mendatang, karena ingin melihat keputusan akhir dari Partai Aceh. Jika tetap Partai Aceh mengusung dari kalangan internalnya sediri, maka berpotensi partai politik lain akan tarik diri mendukung dan mengusung Muzakir Manaf”. Tapi itu dengan catatan jika diumumkan secepatnya oleh Muzakir Manaf, jika diumumkan pada detik-detik terakhir maka sulit bagi partai politik mengambil sikap mendukung kandidat tersendiri, karena mereka “Partai politik” akan mengambil posisi aman mengikuti arus politik.
Jika itu terjadi semakin memperkecil peluang Mualem menjadi pemenang di Pilkada 2017, kenapa karena partai nasional lainnya terkonsolidasi membentuk koalisi besar mengusung kandidat sendiri. (redaksi, foto : mediaaceh)
Menurut Aryos Nevada dalam press releasenya yang diterima suara-tamiang.com, menjelaskan ada beberapa catatan penting dalam analisisnya; Pertama, tindakan Mualem mengumpulkan partai politik memperlihatkan respon ketakutan Mualem terhadap larinya dukungan partai politik dari sebagian besar yang tergabung dalam Koalisi Aceh Bermartabat. Ini upaya untuk mengkonsolidasi kembali sekaligus memastikan arah dukungan dan usungan dari partai politik.
Kedua, partai politik yang hadir seharusnya menghormati apa yang sudah diputuskan oleh DPP, misalkan PAN yang sudah diputuskan DPP mengusung Farhan Hamid tapi faktanya ketua DPW PAN menghadiri undangan dari Muzakir Manaf untuk rapat. Berarti ada yang tidak selesai di internal PAN dalam mengusung Farhan Hamid, walaupun sudah diputuskan DPP.
Sedangkan dukungan dan usungan yang diberikan DPD Golkar Aceh kepada Muzakir Manaf untuk maju sebagai gubernur ke depannya patut dipertanyakan. Hal ini karena posisi Sulaiman Abda sudah dipulihkan sebagai DPD 1 Partai Golkar Aceh yang sempat lepas darinya. Otomatis dukungan awalnya diberikan kepada Mualem menurut versi pengurus ARB berpeluang akan ditarik lagi, karena dianggap tidak sah. Selanjutnya dukungan dan usungan dari Partai Golkar diarahkan kepada kandidat lain.
Ketiga; pertemuan rapat Muzakir Manaf dengan lintas partai politik untuk kesekian kalinya menunjukan belum menemukan titik kesepakatan semua partai politik dalam mengusung wakil gubernur yang mendampingi Muzakir Manaf. Menurut saya sulit menyatukan banyak kepentingan dan keinginan dari partai politik untuk menjagokan kadernya masing-masing. Informasi yang saya himpun, ada tiga kandidat yang diusung dari Koalisi Aceh Bermartabat untuk mendampingi Mualem dari partai pendukung. Mereka itu, Anwar Ahmad, TA. Khalid, dan Nova Iriansyah.
“Makanya partai politik masih menarik ulur dalam memberikan pernyatan resmi untuk mendukung Muzakir Manaf sebagai gubernur Aceh 2017 mendatang, karena ingin melihat keputusan akhir dari Partai Aceh. Jika tetap Partai Aceh mengusung dari kalangan internalnya sediri, maka berpotensi partai politik lain akan tarik diri mendukung dan mengusung Muzakir Manaf”. Tapi itu dengan catatan jika diumumkan secepatnya oleh Muzakir Manaf, jika diumumkan pada detik-detik terakhir maka sulit bagi partai politik mengambil sikap mendukung kandidat tersendiri, karena mereka “Partai politik” akan mengambil posisi aman mengikuti arus politik.
Jika itu terjadi semakin memperkecil peluang Mualem menjadi pemenang di Pilkada 2017, kenapa karena partai nasional lainnya terkonsolidasi membentuk koalisi besar mengusung kandidat sendiri. (redaksi, foto : mediaaceh)