suara-tamiang.com | Untuk membantu proses kelahiran, warga di beberapa kecamatan daerah hulu Tamiang ternyata lebih memilih menggunakan j...
suara-tamiang.com | Untuk membantu proses kelahiran, warga di beberapa kecamatan daerah hulu Tamiang ternyata lebih memilih menggunakan jasa dukun ketimbang bidan.
Kenyataan ini terungkap saat Tim Pansus Komisi C DPRK Aceh Tamiang melakukan kunjungan ke sejumlah desa pedalam di Kecamatan Kejuruan Muda, Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka.
“Temuan Tim Pansus, sebagian warga lebih memilih melahirkan pada dukun kampung dibandingkan bidan desa,” kata Ketua Komisi C DPRK Aceh Tamiang, H Syaiful Sofian SE, Minggu (3/3).
Didampingi anggota Komisi C lainnya, H M Safi’ie dan Marlina SPd, Syaiful menjelaskan, warga terpaksa memanfaatkan jasa dukun karena selama ini bidan enggan melayani warga yang ingin melahirkan di rumah.Bidan beralasan kalau melahirkan itu harus di Polindes atau Poskesdes.
Karena jika melahirkan di rumah, bidan tidak dapat mengamprah uang Jampersal (Jaminan Persalinan). Sementara warga mengaku tidak bisa pergi ke Polindes karena selain jauh, dikhawatirkan akan terjadi pecah ketuban mengingat kondisi jalan yang rusak.
Apalagi perjalanan harus menggunakan sepeda motor. Di samping itu, seusai melahirkan di Polindes, warga langsung di suruh pulang karena tidak ada ruang rawat inap.
“Dampaknya, warga lebih memilih melahirkan sama dukun kampung yang dinilai tidak ribet,” ucap Ketua Komisi C DPR ini. Seharusnya sambung Syaiful, dengan adanya Jampersal warga lebih banyak melahirkan pada bidan desa karena gratis. Biaya melahirkan sudah ditanggung sepenuhnya oleh negara.
“Anehnya, masih ada warga yang memilih melahirkan ke dukun kampung akibat pemahaman bidan terhadap Jampersal sempit,” tegasnya lagi.
Dewan berharap Dinas Kesehatan mensosialisasikan kembali pemahaman Jampersal kepada para bidan desa agar penafsirannya tidak kaku dalam memahami suatu aturan.
“Sayang, anggaran tersedia tapi warga kurang terlayani sehingga angka kematian bayi tinggi,” ujarnya. | Sumber : Serambinews.com
Kenyataan ini terungkap saat Tim Pansus Komisi C DPRK Aceh Tamiang melakukan kunjungan ke sejumlah desa pedalam di Kecamatan Kejuruan Muda, Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka.
“Temuan Tim Pansus, sebagian warga lebih memilih melahirkan pada dukun kampung dibandingkan bidan desa,” kata Ketua Komisi C DPRK Aceh Tamiang, H Syaiful Sofian SE, Minggu (3/3).
Didampingi anggota Komisi C lainnya, H M Safi’ie dan Marlina SPd, Syaiful menjelaskan, warga terpaksa memanfaatkan jasa dukun karena selama ini bidan enggan melayani warga yang ingin melahirkan di rumah.Bidan beralasan kalau melahirkan itu harus di Polindes atau Poskesdes.
Karena jika melahirkan di rumah, bidan tidak dapat mengamprah uang Jampersal (Jaminan Persalinan). Sementara warga mengaku tidak bisa pergi ke Polindes karena selain jauh, dikhawatirkan akan terjadi pecah ketuban mengingat kondisi jalan yang rusak.
Apalagi perjalanan harus menggunakan sepeda motor. Di samping itu, seusai melahirkan di Polindes, warga langsung di suruh pulang karena tidak ada ruang rawat inap.
“Dampaknya, warga lebih memilih melahirkan sama dukun kampung yang dinilai tidak ribet,” ucap Ketua Komisi C DPR ini. Seharusnya sambung Syaiful, dengan adanya Jampersal warga lebih banyak melahirkan pada bidan desa karena gratis. Biaya melahirkan sudah ditanggung sepenuhnya oleh negara.
“Anehnya, masih ada warga yang memilih melahirkan ke dukun kampung akibat pemahaman bidan terhadap Jampersal sempit,” tegasnya lagi.
Dewan berharap Dinas Kesehatan mensosialisasikan kembali pemahaman Jampersal kepada para bidan desa agar penafsirannya tidak kaku dalam memahami suatu aturan.
“Sayang, anggaran tersedia tapi warga kurang terlayani sehingga angka kematian bayi tinggi,” ujarnya. | Sumber : Serambinews.com