Foto: Ilustrasi/Google suara-tamiang.com | Ratusan warga Desa Tanjung Keramat, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, Sabtu (5/1) bergoto...
Foto: Ilustrasi/Google |
suara-tamiang.com | Ratusan warga Desa Tanjung Keramat, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang,
Sabtu (5/1) bergotong royong membobolkan tanggul yang dibuat di tengah
hutan manggrove yang direncanakan akan dijadikan lahan kebun sawit.
Datok Desa Tanjung Keramat, Zainuddin kepada Serambi, Minggu (6/12) mengatakan, warga tidak terima lahan manggrove di desa mereka dibuat tanggul di dalamnya yang tidak pernah dibicarakan sebelumnya dengan masyarakat dan aparat desa. Menurut Zainuddin, di dalam hutan manggrov itu juga ada yang telah ditanaman kelapa sawit.
“Kami sudah lihat di lahan yang dibangun tanggul tersebut dipasang pipa untuk pembuangan air, supaya tidak masuk air asin,” ujarnya. Panjangnya tanggul yang sudah dibangun, menurut Datok cukup panjang. Namun, tanggul di Desa Tanjung Keramat baru ada sekitar 1,5 bulan lalu.
Dikatakannya, pembongkaran tanggul yang dilakukan ratusan warga itu agar air sungai masuk ke dalam tanggul. “Selaku aparat memerintah desa, saya tidak menyuruh dan tidak melarangnya,” ujarnya.
Ditambahkan Datok, pada Minggu (6/1), Kapolsek Bendahara, dan Polhut sudah datang ke lokasi. Sementara itu, Direktur LSM Lembahtari Sayed Zainal, usai mendampingi warga Sabtu (5/1) mengatakan, sekitar 2.000 hektare kawasan hutan manggrove (bakau) di Kecamatan Bandar Mulia, Aceh Tamiang dialihkan fungsi untuk dijadikan kebun sawit dengan cara membuat tanggul penahan air agar lahan tersebut kering.
Menurutnya, kawasan hutan manggrove yang dibuat tanggul didalamnya merupakan kawasan hutan lindung dan sebagian hutan produksi. Kondisi saat ini, sekeliling hutan manggrov tersebut sudah dibangun tanggul, agar air sungai tidak masuk lagi ke dalam kawasan manggrove yang akan dijadikan lahan kebun sawit. “Dari beberapa titik kordinat Diperkirakan luasnya mencapai 2.000 Ha,” ujar Sayed. Kawasan manggrove tersebut dibangun tanggul oleh warga yang mengatasnamakan kelompok tani dan mantan pejabat Aceh Tamiang, diperkirakan sekitar 15 kilometer keliling sudah ditanggul.
Disebutkan Sayed Zainal, pengerjaanya dilakukan sejak Juli 2012 lalu. Dari 2.000 hektare tersebut sekitar 600 hektare sudah ditanami sawit. Sedangkan bakau yang ditebang, kata Sayed Zainal mencapai 1.000 hektare.
Akibat alih fungsi lahan mangrove itu, kini nelayan makin susah mencari ikan, karena tidak ada lagi tempat ikan untuk berkembang biak, serta telah merusak lingkungan. Dampak lain dari alih fungsi hutan manggrov, akan terjadi intrusi air laut ke darat sehingga air menjadi payau disamping punahnya penyangga abrasi air laut. | Sumber : Serambinews
Datok Desa Tanjung Keramat, Zainuddin kepada Serambi, Minggu (6/12) mengatakan, warga tidak terima lahan manggrove di desa mereka dibuat tanggul di dalamnya yang tidak pernah dibicarakan sebelumnya dengan masyarakat dan aparat desa. Menurut Zainuddin, di dalam hutan manggrov itu juga ada yang telah ditanaman kelapa sawit.
“Kami sudah lihat di lahan yang dibangun tanggul tersebut dipasang pipa untuk pembuangan air, supaya tidak masuk air asin,” ujarnya. Panjangnya tanggul yang sudah dibangun, menurut Datok cukup panjang. Namun, tanggul di Desa Tanjung Keramat baru ada sekitar 1,5 bulan lalu.
Dikatakannya, pembongkaran tanggul yang dilakukan ratusan warga itu agar air sungai masuk ke dalam tanggul. “Selaku aparat memerintah desa, saya tidak menyuruh dan tidak melarangnya,” ujarnya.
Ditambahkan Datok, pada Minggu (6/1), Kapolsek Bendahara, dan Polhut sudah datang ke lokasi. Sementara itu, Direktur LSM Lembahtari Sayed Zainal, usai mendampingi warga Sabtu (5/1) mengatakan, sekitar 2.000 hektare kawasan hutan manggrove (bakau) di Kecamatan Bandar Mulia, Aceh Tamiang dialihkan fungsi untuk dijadikan kebun sawit dengan cara membuat tanggul penahan air agar lahan tersebut kering.
Menurutnya, kawasan hutan manggrove yang dibuat tanggul didalamnya merupakan kawasan hutan lindung dan sebagian hutan produksi. Kondisi saat ini, sekeliling hutan manggrov tersebut sudah dibangun tanggul, agar air sungai tidak masuk lagi ke dalam kawasan manggrove yang akan dijadikan lahan kebun sawit. “Dari beberapa titik kordinat Diperkirakan luasnya mencapai 2.000 Ha,” ujar Sayed. Kawasan manggrove tersebut dibangun tanggul oleh warga yang mengatasnamakan kelompok tani dan mantan pejabat Aceh Tamiang, diperkirakan sekitar 15 kilometer keliling sudah ditanggul.
Disebutkan Sayed Zainal, pengerjaanya dilakukan sejak Juli 2012 lalu. Dari 2.000 hektare tersebut sekitar 600 hektare sudah ditanami sawit. Sedangkan bakau yang ditebang, kata Sayed Zainal mencapai 1.000 hektare.
Akibat alih fungsi lahan mangrove itu, kini nelayan makin susah mencari ikan, karena tidak ada lagi tempat ikan untuk berkembang biak, serta telah merusak lingkungan. Dampak lain dari alih fungsi hutan manggrov, akan terjadi intrusi air laut ke darat sehingga air menjadi payau disamping punahnya penyangga abrasi air laut. | Sumber : Serambinews