HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Banjir Bandang Kembali Terjang Aceh Tenggara

suara-tamiang.com : Banjir bandang menerjang sejumlah desa di kawasan pedalaman Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara),  R...

suara-tamiang.com: Banjir bandang menerjang sejumlah desa di kawasan pedalaman Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara),  Rabu (14/11) sekitar pukul 21.30 WIB. Meski tak ada korban jiwa, tapi tiga jembatan berkonstruksi lantai kayu dan badan jalan sepanjang 1,5 kilometer (km) rusak parah.

Jembatan dan jalan yang rusak itu terjadi di Batu Hamparan, desa yang paling parah mengalami dampak banjir. Desa lainnya yang dilanda banjir secara tiba-tiba itu adalah Desa Kubu, Desa Lawe Kongker Hilir, dan desa-desa tetangganya.

Setelah hujan berhari-hari, Sungai Lawe Kongker tiba-tiba meluap. Arusnya yang deras membawa bebatuan, lumpur, pepohonan, dan kayu kering, sehingga Desa Batu Hamparan dipenuhi oleh sampah banjir bandang.

Karena banjir itu juga merusak 1,5 km jalan, sehingga kendaraan sulit melintas. Sedangkan di Desa Lawe Kubu dan Lawe Kongker Hilir ratusan rumah warga terendam lumpur, begitu juga badan jalan yang menghubungkan Desa Kubu-Desa Lawe Kongker sepanjang 1 km.

Kepala Desa Batu Hamparan, Rabudin, kepada Serambi, Kamis (15/11) mengatakan, banjir bandang itu terjadi tiba-tiba pada Rabu sekitar pukul 21.30 WIB. Selain merusak tiga jembatan dan ruas jalan sepanjang 1,5 km, banjir bandang itu juga merusak instalasi air bersih, sehingga warga di Desa Batu Hamparan kesulitan memperoleh air bersih. “Kami berharap fasilitas publik tersebut secepatnya diperbaiki oleh Pemkab Agara,” kata Kepala Desa Batu Hamparan.

Sementara itu, anggota DPRK Agara, Bukhari dari Partai Hanura yang berada di lokasi itu kepada Serambi mengatakan, mesti banjir melanda Desa Batu Hamparan, Desa Kubu, Lawe Kongker Hilir, dan desa sekitarnya, namun yang parah terendam banjir adalah rumah penduduk Desa Kubu dan Lawe Kongker. “Sedangkan di Desa Batu Hamparan infrastruktur berupa jalan, jembatan, dan instalasi air bersih yang justru rusak,” ujarnya.

Anggota DPRK Agara lainnya, Bukhari Selian mengatakan, sudah berada di lokasi ketika banjir baru terjadi. Ia berupaya menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Karena tidak langsung direspons, saya akhirnya menghubungi Kadis Pengairan dan Kadis BMCK Agara. Kedua kadis ini turun langsung ke lokasi bersama stafnya untuk melihat kerusakan akibat banjir,” ungkap Bukhari.

Menurut Bukhari, hingga pukul 18.00 WIB kemarin, bantuan masa panik belum ada yang tiba di lokasi banjir. Padahal, korban banjir bandang, terutama yang dapur hingga rumanya terendam, sangat membutuhkan bantuan sembako, termasuk air bersih. “Mereka saat ini kesulitan memperoleh air bersih, karena air Sungai Lawe Kongker berlumpur dan kotor,” kata Bukhari.

Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Agara, Ir Khairul Anwar, kepada Serambi mengatakan, pihaknya telah mengecek ke lokasi musibah. “Kami upayakan secepatnya membenahi jembatan dan jalan yang rusak tersebut,” ujar Khairul Anwar.

Dari Singkil dilaporkan, hingga hari kesebelas, Kamis (15/11) kemarin, banjir yang melanda di Aceh Singkil belum sepenuhnya surut. Ironisnya, banyak warga yang belum menerima bantuan masa panik, karena belum diantar dari posko penanggulangan banjir. Padahal, persediaan beras dan bahan pokok lainnya di rumah para korban banjir itu sebagian besar sudah habis.

Mansur, Kaur Pemerintahan Desa Paya Bumbung, salah satu desa terparah terkena dampak banjir di Kecamatan Singkil, mengaku warganya belum menerima bantuan masa panik. Puluhan warganya sudah berkali-kali mengeluhkan persedian makanan di rumah sudah habis. Bila bantuan tidak segera datang maka, sekitar 488 penduduknya terancam kelaparan.

“Bantuan pernah diberikan waktu banjir minggu pertama, tapi itu hanya cukup untuk tiga hari. Ini banjir sudah sebelas hari, tapi bantuan pada banjir pekan kedua yang lebih parah sama sekali belum diterima warga saya,” kata Mansur yang menghubungi Serambi via telepon genggam.

Rabu malam, Bupati Aceh Singkil, Safriadi SH yang dihubungi Serambi via telepon dari Banda Aceh mengaku akan berupaya optimal mendistribusikan bantuan untuk para korban banjir. Namun, kenyataannya, dalam waktu 2 x 24 jam bantuan belum terdistribusi secara merata. Itu karena, luasnya daerah cakupan banjir, sedangkan sarana pengantarannya hanyalah beberapa buah robin (perahu yang menggunakan mesin pemotong rumput). Bupati menyebut, banjir kali ini terbesar dan terlama dalam sejarah Aceh Singkil, mengalahkan dampak banjir yang terjadi tahun 2000.

Sementara itu, banjir luapan yang terjadi di Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, dilaporkan mulai berangsur surut. Namun demikian, warga Gampong Padang Harapat dan Sineubok Jaya, hingga Kamis (15/11) dilaporkan masih mengungsi ke rumah famili dan SD Padang Harapan.

“Air bergerak turun, tapi sangat lamban. Di Padang Harapan dan Seuneubok Jaya saat ini air masih sekitar 90 centimeter. Warga masih tidur di rumah famili dan SD Padang Harapan,” lapor Camat Trumon, Isa Ansari SH kepada Serambi, Kamis pagi.

Menurutnya, bantuan dari Dinsos Aceh Selatan berupa 1.150 kg beras, gula pasir 100 kg, minyak goreng 60 liter, dan mi instan 20 kotak, sudah disalurkan ke warga Padang Harapan dan Seuneubok Jaya kemarin.

BPBD Agara Dicap Lamban

Banjir bandang yang melanda Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara (Agara), Rabu (14/11) malam, sempat membuat Bukhari Selian naik pitam. Itu karena, keinginan anggota DPRK Agara ini agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat cepat merespons derita para korban banjir, tidak langsung disahuti.

“Saya sangat kecewa kepada BPBD Agara, karena sangat lamban dalam bekerja. Saya minta kepada Bupati Agara untuk segera mengevaluasi kinerja mereka, karena tidak siap turun langsung ke lapangan ketika musibah datang menimpa warga,” ujar Bukhari Selian bernada kesal kepada Serambi, Kamis (15/11).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agara, Radjadun yang dihubungi terpisah mengatakan bahwa dia baru saja pulang dari Batam. Jadi, belum mungkin turun langsung ke lokasi. Begitupun, dia akan perintahkan anak buahnya pada hari Jumat (16/11) ini ke lokasi musibah untuk mendata dampak banjir.

“Informasi yang saya terima, dampak banjir kali ini tidak terlalu parah. Saya telah meminta kepada masyarakat untuk menghubungi Dinas Pengairan dan BMCK Agara, karena mereka sudah duluan berada di lokasi. Saya harap, Dinas Pengairan bisa melakukan normalisasi sungai,” ujarnya.

Ia tambahkan, kalau terjadi bencana yang sifatnya sudah mengancam kehidupan manusia, maka tugas BPBD Agaralah turun langsung ke lapangan pada kesempatan pertama. “Walaupun begitu, kami tetap berkoordinasi dengan dinas lainnya,” ujar Kepala BPBD Agara, Radjadun.

Saat ditanya total kerugian akibat banjir itu, Radjadun mengatakan belum mendapat laporan konkret dari lapangan. Namun, ia mendengar, selain jembatan, jalan, dan instalasi air minum, ada juga hamparan sawah warga yang terendam lumpur. | Sumber : Tribunews