Musim penerimaan siswa baru (PSB) dan mahasiswa baru (PMB) sudah mulai dibuka. Setelah stres menghadapi UN, para calon siswa/pelajar kini d...

Musim penerimaan siswa baru (PSB) dan mahasiswa baru (PMB) sudah mulai dibuka. Setelah stres menghadapi UN, para calon siswa/pelajar kini dihadang dengan masalah baru berupa proses penerimaan siswa baru (PSB) ke jenjang pendidikan berikutnya.
Pada PSB jenjang pendidikan dasar (SD) relatif tak ada masalah sebab ada keseimbangan antara jumlah bangku dan jumlah pendaftar. Bahkan, di beberapa daerah pelosok sudah terjadi kekurangan murid karena menginginkan menimba ilmu disekolah favorit, sehingga beberapa sekolah harus bergabung dengan SD sekitarnya.
Tak demikian halnya dengan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Dibutuhkan perjuangan keras untuk mendapatkan bangku SMP dan SMA, terutama sekolah-sekolah negeri yang biayanya ditanggung pemerintah. Persaingan untuk mendapatkan bangku di sekolah-sekolah negeri favorit nyaris menyamai persaingan masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Persaingan ini jika dilakukan secara fair, terbuka dan adil tentu akan menciptakan kondisi yang sehat karena adanya kompetisi untuk menjadi yang lebih baik. Tapi kecenderungan yang terjadi adalah persaingan yang tidak fair. Sehingga banyak pihak yang menginginkan agar proses PSB dikawal dan diawasi seperti layaknya pelaksanaan UN.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tamiang Izwardi, S.Pd, S.IP kepada suara-tamiang.com mengatakan, Daya tampung pendaftaran dibeberapa sekolah membludak melebihi target yang ditentukan, tetapi bisa diatasi dengan mengalihkan kesekolah-sekolah yang berdekatan dengan lainnya.
“Standar pelayanan minimal penerimaan siswa baru SD 28 – 30 siswa perlokal, namun dibeberapa sekolah belum bisa diterapkan mengingat jumlah pertumbuhan penduduk di daerah tersebut sangat pesat”, ujarnya. | Rico F