Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Kelautan (BP4K) Aceh Tamiang, Ir Zakirman Jumat (13/7) mengatakan, penyuluh ...
Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Kelautan (BP4K) Aceh Tamiang, Ir Zakirman Jumat (13/7) mengatakan, penyuluh pertanian masih minim fasilitas.
Disebutkan, di Tamiang kini ada 105 penyuluh, namun mereka dalam bekerja masih serba kekurangan. Baik fasilitas kenderaan roda dua, alat ukur PH tanah, maupun alat ukur kadar getah karet, rendemen TBS buah sawit, dan GPS. “Selama ini kita hanya memiliki tiga unit kendaraa roda dua yang dipergunakan penyuluh untuk berpergian keseluruh pelosok desa di Tamiang,” ujarnya.
Zakirman mencontohkan, alat GPS digunakan untuk mengetahui letak lahan pertanian warga disamping dapat memetakan letak lahan pertanian sehingga tidak berlaih fungsi sembarangan guan mendukung program ketahanan pangfan nasional. Begitu juga alat untuk mengatahui keasaman dan PH tanah sehingga diketahui unsur hara apa saja yang terkandung di lahan tersebut dan unsur yang masih kurang.
Tantangan penyuluh dilapangan sebut Kadis, petani tidak mengatahui penggunaan pupuk apa saja yang dibutuhkan lahan mereka akibatnya dalam pemberian pupuk pada tanaman, mereka menggunakan pola turun menurun. Begitu juga pada bidang perikanan juga masih kekuarangan peralatan media penyluhan.
Menurut Zakirman, kerja penyuluh saat ini bagaimana meningkatkan hasil produksi petani lebih baik sehingga hasil yang didapat menguntungkan petani dari jerih payah yang dikeluarkan. Disamping itu petani juga membutuhkan informasi baru, baik yang berkaitan dengan usaha taninya. teknologi budidaya pertanian, sarana produksi, permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan, ancaman hama maupun ancaman penyakit.
Dengan mendapatkan informasi yang sesuai kebutuhan taninya, secra tidak langsung petani akan meningkat kemampuan dalam membuat keputusan yang lebih baik dan lebih menguntungkan dirinya sendiri, bukan ketergantung pada keputusan pihak lain. | M. Nasir, Serambinews
Disebutkan, di Tamiang kini ada 105 penyuluh, namun mereka dalam bekerja masih serba kekurangan. Baik fasilitas kenderaan roda dua, alat ukur PH tanah, maupun alat ukur kadar getah karet, rendemen TBS buah sawit, dan GPS. “Selama ini kita hanya memiliki tiga unit kendaraa roda dua yang dipergunakan penyuluh untuk berpergian keseluruh pelosok desa di Tamiang,” ujarnya.
Zakirman mencontohkan, alat GPS digunakan untuk mengetahui letak lahan pertanian warga disamping dapat memetakan letak lahan pertanian sehingga tidak berlaih fungsi sembarangan guan mendukung program ketahanan pangfan nasional. Begitu juga alat untuk mengatahui keasaman dan PH tanah sehingga diketahui unsur hara apa saja yang terkandung di lahan tersebut dan unsur yang masih kurang.
Tantangan penyuluh dilapangan sebut Kadis, petani tidak mengatahui penggunaan pupuk apa saja yang dibutuhkan lahan mereka akibatnya dalam pemberian pupuk pada tanaman, mereka menggunakan pola turun menurun. Begitu juga pada bidang perikanan juga masih kekuarangan peralatan media penyluhan.
Menurut Zakirman, kerja penyuluh saat ini bagaimana meningkatkan hasil produksi petani lebih baik sehingga hasil yang didapat menguntungkan petani dari jerih payah yang dikeluarkan. Disamping itu petani juga membutuhkan informasi baru, baik yang berkaitan dengan usaha taninya. teknologi budidaya pertanian, sarana produksi, permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan, ancaman hama maupun ancaman penyakit.
Dengan mendapatkan informasi yang sesuai kebutuhan taninya, secra tidak langsung petani akan meningkat kemampuan dalam membuat keputusan yang lebih baik dan lebih menguntungkan dirinya sendiri, bukan ketergantung pada keputusan pihak lain. | M. Nasir, Serambinews