HIDE

GRID

GRID_STYLE

Post Snippets

FALSE

Hover Effects

TRUE
{fbt_classic_header}

Breaking News:

latest

Pasien Kangker Asal Aceh "Terjebak" Corona di Cina

Lentera 24 .com | BANDA ACEH -- Pemerintah telah berhasil memulangkan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Cina, kecuali beb...

Lentera24.com | BANDA ACEH -- Pemerintah telah berhasil memulangkan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Cina, kecuali beberapa yang memilih tetap bertahan karena alasan tertentu. Mereka yang dipulangkan termasuk 13 mahasiswa asal Aceh. Namun ternyata masih ada tiga lagi warga Aceh yang tertahan di Negeri Panda tersebut dan kini mulai khawatir terjebak tak bisa pulang.

Foto : Serambi
Wabah virus corona di Cina yang menggemparkan dunia membuat sejumlah negara tak menunggu lama untuk mengevakuasi warga negaranya, tak terkecuali Indonesia. Lebih dari 200 mahasiswa Indonesia yang selama ini menempuh pendidikan di Negeri Tiongkok telah dievakuasi ke Natuna, Kepulaua Riau (Kepri). Mereka dibawa pulang menggunakan pesawat boeing ke Batam lalu dibawa ke Natuna untuk dikarantina selama 14 hari.

Sebanyak 13 mahasiswa Aceh di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina–tempat virus corona muncul–juga ikut dievakuasi oleh Pemerintah Indonesia. Namun ternyata masih ada beberapa warga Aceh yang berada di Cina yang terancam terjebak di negeri tersebut.

Dia adalah Hj Chairani, Guru SMPN Tualang Cut, Manyak Payed, Aceh Tamiang. Chairani tak lain adalah adik kandung dari anggota DPR Aceh, Asrizal H Asnawi. Chairani terpaksa terbang ke Negeri Cina untuk ‘menjemput’ sembuh. Anak ke empat dari tujuh bersaudara ini awalnya berobat di Aceh. Ia divonis menderita penyakit ambien.

Namun karena tak kunjung membaik, akhirnya keluarga membawa Chairani berobat ke salah satu rumah sakit di Penang. Di sana, pada Juli 2019, Chairani ternyata divonis penyakit kanker usus. Chairani pun harus dikemo sebanyak dua kali di Penang. “Sudah dua kali dikemo di Penang dan 30 kali di radiologi di RS Murni Teguh di Medan,” kata Asrizal H Asnawi, abang kandung Chairani kepada Serambi via pesan Whatsapp, Selasa (4/2/2020).

Saat terakhir kontrol di Penang akhir 2019 lalu, ternyata kanker yang mengidap di tubuh Chairani sudah menyebar ke membran tulang ekor. Menurut dokter di Penang, salah satu jalan keluar adalah mengamputasi tulangnya. “Namun kami menolak karena risikonya Chairani bisa lumpuh seumur hidup,” kata Asrizal.

Setelah mendengar vonis itu, Asrizal dan seluruh keluarga bergegas mencari pengobatan lain dan terpilihlah Cina. “Kami dapat informasi di Cina ada salah satu rumah sakit yang sangat mumpuni mengobati kanker tanpa amputasi,” kata Asrizal, politisi Partai Amanat Nasional ini.

Tak menunggu lama, Asrizal pun bergegas mengurus visa. Setelah proses permohonan visa di Konsulat Cina di Medan selesai, Asrizal pun memesan tiket. Mereka berangkat bertiga, Asrizal, Chairani, dan satu lagi adik Asrizal nomor lima bernama Nurbaya. Ketiganya berangkat pada tanggal 20 Januari dan tiba di Guangzhou pada tanggal 21 Januari. Saat itu, isu wabah corona virus mulai mencuat dan mulai menelan korban.

Rumah sakit yang dituju adalah Guangzhou Modern Cancer Hospital, rumah sakit pakar penyakit kanker di Cina. “Di sini adik saya mendapat perawatan khusus kanker dan alhamdulillah kondisinya perlahan terlihat membaik,” katanya.

Asrizal mengatakan, ini kali pertama adiknya itu berobat ke rumah sakit tersebut dan menurut keterangan dokter, untuk sembuh minimal Chairani harus berkunjung atau berobat ke rumah sakit itu sebanyak tiga hingga lima kali. “Begitu juga pengakuan pasien lainnya,” kata Asrizal.

Di saat ia dan keluarganya gembira dan bersyukur karena Chairani kian membaik, tiba-tiba Negeri Tiongkok heboh dengan penyebaran virus corona yang muncul tiba-tiba di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Jarak Wuhan dengan Guangzhou disebutkan Asrizal sekitar 1.000 Km.

Asrizal mengaku, sejak kedatangan mereka ke sana, kondisi Cina memang sedang sepi karena libur Imlek. Namun saat itu pula isu virus Corona merebak. “Kami resah di sini, apalagi membaca berita banyak warga Indonesia sudah dievakuasi ke Indonesia karena khawatir terpapar corona,” ujarnya.

Namun Asrizal tetap harus bertahan, karena fase berobat adiknya di tahap awal menurut anjuran dokter hingga 7 Februari mendatang. Keresahan Asrizal, Chairani, dan Nurbaya bertambah setelah Pemerintah Indonesia mengumumkan menutup penerbangan dari dan ke Cina mulai Rabu (5/2/2020).

“Katanya penerbangan ditutup baik dari sini ke Indonesia atau dari Indonesia ke sini (Cina) mulai tanggal 5, sedangkan kami tahap pengobatan awal ini sampai tanggal 7 Februari. Pemerintah katanya memberi batas sampai tanggal 5 jam 00.00 WIB. Bagaimana dengan nasib kami di sini yang tak bisa pulang ke Tanah Air?” kata Asrizal.

Memang negara yang dekat dengan Indonesia, Malaysia, masih belum menutup penerbangan ke Cina, tetapi dia juga khawatir jika Malaysia akan ikut menerapkan aturan tersebut.

Saat ini, ia dan keluarganya sangat rindu ingin pulang ke Aceh, terlebih Chairani. “Iya kami sangat ingin pulang, apalagi Chairani punya anak yang masih berumur 2,5 tahun, dan yang pasti kami ingin pulang agar terhindar dari Corona,” kata Asrizal.

Dan jika nanti Asrizal dan dua adiknya sudah bisa pulang ke Aceh, dia juga berharap tidak diasingkan karena isu wabah virus corona. “Kami minta kemurahan hati pemerintah agar tidak menggeneralisir masalah ini, bisa memilah-milah sesuai daerah di sini (Cina), karena Guangzhou ini tidak terjangkit virus,” demikian harap Asrizal. [] SERAMBI