Foto : Syawaluddin/STC SYAWALUDDIN | STC KUALASIMPANG – Pasar ikan Kede Bawah di jalan Mayjend Sutoyo, tepat dilintasan jalan...
![]() |
Foto : Syawaluddin/STC |
SYAWALUDDIN | STC
KUALASIMPANG – Pasar ikan
Kede Bawah di jalan Mayjend Sutoyo, tepat dilintasan jalan negara Medan – Banda
Aceh mengeluarkan limbah ikan dengan aroma bau busuk. Aroma menyengat ini disebabkan
para pedagang ikan yang berdagang diatas badan jalan tanpa saluran pembuangan.1
Kondisi ini sangat mengganggu dan meresahkan pengguna jalan yang
berlalulintas sekitar pasar ikan serta masyarakat sekitarnyanya, khususnya yang
berdomisili di desa Kota Lintang Bawah, karena tercemari limbah air ikan yang
mengeluarkan bau busuk.
“kita sangat prihatin dengan kondisi tataruang kota yang terkesan
semrawut dan tidak proprosional serta
profesional, dalam arti tak terencana
dengan baik. Hal ini yang menyebab tataruang kota terkesan amburadul dan
mengganggu nilai-nilai setetika kota”.
Tegas Zulherman.
Dia minta, Pemkab Aceh Tamiang (Atam) harus meninjau kembali
pembangunan Pasar Ikan yang berada di Kede Bawah tersebut, menurutnya; bau
menyengat yang dikeluarkan oleh kotoran ikan, daging dan Ayam potong tersebut,
sebab pasar ikan itu tidak dilengkapi dengan saluran pembuangan yang baik.
Termasuk mereka yang berjualan atau berdagang diatas badan jalan
lintasan negara tersebut, sehingga air limbahnya membanjiri badan jalan.
“Inikan karena tidak ada saluran pembuangan”, katanya, selain itu pencemaran
terhadap lingkungan sudah berjalan cukup lama.
Kondisi pembangunan pasar ikan kede bawah juga perlu dipertanyakan,
sistem pengelolaan limbah kotoran ikan, daging dan Ayam potong, terindikasi
tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan yang baik. Artinya,
pembangunannya tidak mengarah kepada aspek lingkungan yang berkelanjutan.
Sementara Kadiskoporindag Atam; Ir Irwansyah yang coba di konfirmasi
wartawan mengetakan, pemandangan itu merupakan hal yang wajar, sebab setiap
tahunnya para pedagang sudah berjualan disitu dan kondisi ini tidak mengganggu
lingkungan dan para pengguna jalan.
“Itu merupakan pemandangan rutin setiap tahunnya, mengingat pemkab
Atam juga sudah membangun tenda-tenda untuk berjualan disitu. Saya kira ini
wajar-wajar saja, sampai hari ini tidak ada masyarakat yang komplain untuk
masalah ini”, tegas Irwansyah.
Selanjutnya, Kopoerindag sudah merelokasi para pedagang, tepatnya di
bawah jembatan Kota Kulasimpang, untuk sementara waktu, sampai pembangunan
rehab pasar ikan kede bawah selesai dikerjakan tahun ini.
Semantara Sayed Zainal, Direktur Eksekutif LembAHtari mengingatkan;
seharusnya pemkab Atam dalam merencanakan pembangunan harus yang berwawasan
lingkungan, hal ini bertujuan untuk tidak mengenyampingkan aspek estetika kota,
bukan menambah kesemrawutan dengan pembanguan itu.
Selain itu, dalam pembangunan rehab pasar ikan kede bawah, dalam
pembangunannya; apakah sudah memiliki dokumen lingkungan, sebab ini menyangkut
dengan masalah limbah kotoran ikan, daging dan Ayam potong, yang bisa mengeluar
bau sangat busuk.