Rupiah diprediksi masih belum beranjak dari level Rp9.400 per USD. Rupiah diprediksi bergerak dalam rentang Rp9.420-Rp9.470 per USD. Pe...
Rupiah diprediksi masih belum beranjak dari level Rp9.400 per USD.
Rupiah diprediksi bergerak dalam rentang Rp9.420-Rp9.470 per USD.
Pergerakan rupiah lantaran pasar masih khawatir akan kondisi
perekonomian global.
"Adapun sentimen yang mempegaruhi adalah Jelang pengumuman hasil audit perbankan Spanyol, pasar khawatir data bailout yang dibutuhkan bank-bank Spanyol jauh lebih besar dibandingkan perhitungan Uni Eropa sebesar 100 miliar euro," kata analis valuta analis vaita asing, Rahadyo Anggoro, di Jakarta Jumat (22/6/2012).
Lebih jauh dia menjelaskan, pasar masih menanti pertemuan para menteri keuangan zona euro, yang akan membahas Integrasi Serikat Keuangan lebih lanjut di Uni Eropa. Ada harapan zona euro akan memungkinkan European Financial Stability Facility (EFSF), dan European Stability Mechanism (ESM) untuk membeli obligasi pemerintah yang mengalami kesulitan di pasar.
"Hanya saja, Presiden Finlandia, sudah mengutarakan ketidaksetujuannya terhadap proposal tersebut. Meskipun, tadi malam Kanselir Jerman Angela Merkel mengisyaratkan kemungkinan pengguanaan EFSF dan ESM itu," katanya.
Sekadar informasi, rupiah ditutup melemah pada perdagangan sore kemarin. Pelemahan rupiah tersebut salah satunya dipicu oleh pasar yang kecewa terhadap keputusan Bank Sentral The Fed. Walaupun Gubernur The Fed Ben Bernanke membuka peluang untuk Quantitative Easing (QE) ketiga, tetapi keputusan itu belum diterapkan.
Kondisi itu, diperburuk dengan data China. Indeks manufaktur China turun ke 48,1 untuk Juni 2012 dari sebelumnya 48,4 yang jadi pertanda perlambatan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Market juga khawatir menjelang lelang obligasi Spanyol untuk tenor lima tahun setelah yield obligasi Spanyol untuk tenor lima ttahun melonjak ke 7,2 persen dan sedikit melandai ke 6,85 persen saat ini. Hasilnya, lelang obligasi Spanyol cukup sukses dengan rasio bid to cover mencapai 3,4 kali dari sebelumnya 3,1 kali.
Sayangnya yield obligasi dengan tenor lima tahun ini justru naik ke 6,072 persen dari sebelumnya 4,960 persen. Ini merupakan kenaikan yang tinggi di atas 100 poin. Karena itu, meski Spanyol mendapatkan kepercayaan untuk berutang yang terbukti dengan lakunya obligasi yang dijual, tapi dengan tingginya yield, akan semakin memberatkan pemerintah sehingga Spanyol tetap butuh bailout. | Yuni Astutik - Okezone
"Adapun sentimen yang mempegaruhi adalah Jelang pengumuman hasil audit perbankan Spanyol, pasar khawatir data bailout yang dibutuhkan bank-bank Spanyol jauh lebih besar dibandingkan perhitungan Uni Eropa sebesar 100 miliar euro," kata analis valuta analis vaita asing, Rahadyo Anggoro, di Jakarta Jumat (22/6/2012).
Lebih jauh dia menjelaskan, pasar masih menanti pertemuan para menteri keuangan zona euro, yang akan membahas Integrasi Serikat Keuangan lebih lanjut di Uni Eropa. Ada harapan zona euro akan memungkinkan European Financial Stability Facility (EFSF), dan European Stability Mechanism (ESM) untuk membeli obligasi pemerintah yang mengalami kesulitan di pasar.
"Hanya saja, Presiden Finlandia, sudah mengutarakan ketidaksetujuannya terhadap proposal tersebut. Meskipun, tadi malam Kanselir Jerman Angela Merkel mengisyaratkan kemungkinan pengguanaan EFSF dan ESM itu," katanya.
Sekadar informasi, rupiah ditutup melemah pada perdagangan sore kemarin. Pelemahan rupiah tersebut salah satunya dipicu oleh pasar yang kecewa terhadap keputusan Bank Sentral The Fed. Walaupun Gubernur The Fed Ben Bernanke membuka peluang untuk Quantitative Easing (QE) ketiga, tetapi keputusan itu belum diterapkan.
Kondisi itu, diperburuk dengan data China. Indeks manufaktur China turun ke 48,1 untuk Juni 2012 dari sebelumnya 48,4 yang jadi pertanda perlambatan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Market juga khawatir menjelang lelang obligasi Spanyol untuk tenor lima tahun setelah yield obligasi Spanyol untuk tenor lima ttahun melonjak ke 7,2 persen dan sedikit melandai ke 6,85 persen saat ini. Hasilnya, lelang obligasi Spanyol cukup sukses dengan rasio bid to cover mencapai 3,4 kali dari sebelumnya 3,1 kali.
Sayangnya yield obligasi dengan tenor lima tahun ini justru naik ke 6,072 persen dari sebelumnya 4,960 persen. Ini merupakan kenaikan yang tinggi di atas 100 poin. Karena itu, meski Spanyol mendapatkan kepercayaan untuk berutang yang terbukti dengan lakunya obligasi yang dijual, tapi dengan tingginya yield, akan semakin memberatkan pemerintah sehingga Spanyol tetap butuh bailout. | Yuni Astutik - Okezone