Lentera 24.com | ACEH TAMIANG -- Rendahnya harga jual lombok di pasaran Kabupaten Aceh Tamiang, menyebabkan petani merasa kelimpungan. Sa...
Lentera24.com | ACEH TAMIANG -- Rendahnya harga jual lombok di pasaran
Kabupaten Aceh Tamiang, menyebabkan petani merasa kelimpungan. Saat ini petani cabai
dalam menjual hasil jerih payahnya sebagai profesi petani masih mengalami
kesulitan dalam membagi-bagi uang untuk kebutuhannya seperti biaya pupuk,
obat-obatan tanaman, racun hama dan biaya hidup. Hal tersebut disebabkan kareba
harga lombok yang masih melemah itu dinilai belum sesuai dengan modal yang
dikeluakan serta untuk memenuhi kebutuhannya.
Seorang petani cabai di Dusun Adil Makmur, Desa
Tenggulun, Kecamatan Tenggulun saat ditemui Lentera24 menyebutkan, harga cabai
(lombok) hijau masih berada dibawah harga yang diharapkan.
Dia menyebutkan, dirinya menjual hasil panen cabai
lombok kepada pedagang yang diambil dari rumah Saimu, Lebih lanjut Saimun mengatakan, kepadanya pembeli memberi harga
lombok senilai Rp.8000/kilogram, sedangkan harga lombok merah ungkap Saimun
senilai Rp.14.000/kilogram.
"Sejak seminggu lalu, harga cabai
ini masih tetap dan belum ada kenaikan samasekali," ujar seorang petani,
Saimun ketika ditemui Lentera24 dilahan tanaman cabainya pada Rabu (2/1).
Lebih lanjut Saimun memaparkan, pada
November 2018 lalu, harga lombok hijau sempat naik hingga mencapai Rp.12.000
perkilogram. Namun kenaikan harga jual tersebut tidak bertahan lama,
sehingga sesaat kemudian mengalami kemerosotan kembali. Rendahnya harga
lombok tersebut kata Saimun bertahan hingga hari ini.
Kebanjiran
Beberapa hari lalu, Saimun beserta istrinya
sempat mengalami kegalauan hati. Rasa yang membuatnya susah tidur tersebut
disebabkan karena di desanya mengalami bencana banjir yang mengakibatkan
terendamnya ratusan rumah penduduk.
Kegusaran hati keluarga yang memiliki
usaha pembuat sekaligus pengecer tempe tradisional
dimaksud ternyata karena pemikirannya sedang terfokus dengan tanaman cabai
lomboknya yang terendam air banjir.
“Sempat gak bisa tidur pada malam banjir
melimpah di kampung kami pada pukul 02.00 WIB Sabtu (29/12) dini hari, siapa sih orangnya yang gak
merasa gusar ketika banjir melanda disaat tanaman cabai kita sedang
lebat-lebatnya dan belum masanya untuk dipanen,” ungkap Saimun.
Namun rasa galau Saimun itu ternyata
mendadak sirna tatkala melihat tanamannya masih berdiri tegak diatas pematangan
dengan dedaunannya yang tetap hijau mengkilap.
“Alhamdulillah, tanaman cabe kami masih
segar, walau ada dua atau tiga batang yang daunnya layu disebabkan rendaman
banjir kemarin,” ungkap Saimun.
Ungkapan rasa syukur kepada Allah juga
disampaikan oleh pasangan suami istri petani yang menanam cabai lombok di Dusun
yang sama dengan Saimun, yakni Wagirin dan Saminem. Pasangan yang dianugerahi 3 orang anak
ini kegembiraannya yang diserta rasa syukur semakin meningkat karena tanaman
lombok dan semangkanya selamat dari rendaman banjir yang nyaris mematikan
tanamannya itu. [] L24-002